Minggu, 27 November 2011

PENILAIAN KELAS DAN PENGAJARAN BAHASA (Oleh : Yayuk Hapsari dan Sri Julianti)

Avatar Rawipuspa Posted Jum, 25/11/2011 - 02:05 by Rawipuspa (Diterjemahkan dari jurnal asli Classroom assessment and the language of teaching ) Pendahuluan Telah kita ketahui bahwa kecenderungan dari penilaian kelas dan pengajaran bahasa yang membahas hubungan penilaian belajar-mengajar adalah untuk meminimalkan permasalahan isu-isu secara teori dan menyederhanakan kesulitan-kesulitan dalam praktiknya. Salah satu alasan penting dalam kerumitan dari penilaian kelas adalah tidak ada pemisahan antara konteks sosial dengan pendidikan dimana secara langsung terjadi transaksi yang tak hanya dipengaruhi oleh keadaan, tetapi juga oleh harapan dan pemahaman yang terbentuk lebih jauh dan lebih terjamin. Di bab ini dimulai dengan eksplorasi secara terperinci dari penilaian kelas itu sendiri dengan mempertimbangkan bahasa yang dipakai dan hubungannya dengan kegiatan mikro-sosiologi di kelas. Di sini kami tunjukkan kerumitan yang dinamis dari rutinitas penilaian kelas, pada kelas besar maupun kecil, sebelum dilanjutkan ke bab yang menanyakan hubungan antara penilaian kelas dengan sosialisasi siswa, dan akibat yang ditimbulkan dari penilaian pembelajaran. Kita juga telah mengetahui bahwa diskusi kelas lebih terstruktur dari jenis diskusi yang lain, dengan menggabungkan 3 bagian dasar dari pembukaan (oleh guru), respon (dari siswa), evaluasi/timbal balik (oleh guru) (Sinclair dan Coulthard 1975). Pola ini membolehkan guru mengontrol percakapannya, yang tak hanya bertanya, tetapi juga membolehkan bagian yang ketiga apabila responnya tak seperti yang diharapkan. Sinclair dan Coulthard memfokuskan pada kebahasaan guru daripada siswa, sejak siswa hanya berkewajiban untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas (Sinclair 1982:6) dan sejak apa yang dilakukan siswa terkontrol dan terstruktur oleh kegiatan guru. Ketertarikan Sinclair dan Coulthard pada hal tersebut berasal dari minat mereka akan kebahasaan secara terstruktur. Bagaimanapun juga, pekerjaan mereka cepat dikembangkan oleh peneliti-peneliti pendidikan, bagaimana siswa memahami proses pembelajaran di dalam kelas sebagai kunci dari penilaian kelas dan pengajaran bahasa dalam interaksi kelas (contohnya Mehan 1979; Edwards dan Mercer 1987). Pembelajaran bahasa dari setiap kelas yang berbeda mengakibatkan berkembangnya permasalahan yang berbeda pula, tetapi sepertinya disetujui bahwa bila perspektif siswa dipertimbangkan, gambaran tentang kerumitan tersebut muncul. Tepatnya, perkiraan-perkiraan tersebut di atas menentukan kebijakan penilaian, yang membuat guru dapat lebih mudah menafsirkan kelakuan siswa dan menanyakannya secara jelas sebagai data yang akan ditunjukkan. Permasalahan utama dari kebahasaan di kelas mencakup bentuk dan isi dari kondisi kelas, seperti yang dikatakan Bruner (1986:131) yang menggambarkannya dalam dua muka bentuk kebahasaan. Guru dan siswa (khususnya) harus dapat mencapai kompetensi keduanya. Peserta di dalam kelas harus memahami peran dalam berhubungan satu sama lain ( siapa yang diijinkan berbicara, dimana dan kapan) dan fungsinya dimana bahasa secara berkesinambungan menciptakan dan menciptakan ulang aturan-aturan dan harapan-harapan, sebaik penguraian dan respon pada isi yang lebih spesifik dari semua sesi tanya-jawab. Dan sebagai pengulangan dari penelitian sebelumnya di bab 2 menunjukkan kemungkinan banyaknya dan beragamnya kesalahan dalam penafsiran sesuatu. Menilai pembelajaran kelas secara keseluruhan Data kami mengkonfirmasi ekstensitas dari kerumitan dan kesempatan pada kesalahpahaman yang terjadi secara langsung dalam penilaian kelas. Pada percakapan berikut dari siswa tahun kedua (seluruh kelas ) saat pelajaran matematika, contohnya, guru sedang membetulkan latihan pada puluhan dan unit sebelum menambah latihan dengan memperkenalkan dengan memperkenalkan konsep pembulatan pada angka terdekat yang sesuai. Kutipan tersebut menunjukkan cara dimana pertanyaan-pertanyaan sering ditanyakan perorangan, tetapi dalam arti mengajar di kelas, contohnya pertanyaan-pertanyaan yang tidak sederhana yang ditanyakan secara langsung, tetapi dengan tujuan memberikan latihan lanjutan dan meneruskan pelajaran di kelas. Secara langsung apa yang baru saja terjadi memperlihatkan terjadinya kesalahpahaman secara kebahasaan yang memicu penilaian yang salah dari pemahaman siswa. Dalam contoh barusan, siswa-siswa didudukan di lantai secara berkelompok dalam satu sudut di kelas, menghadap papan tulis putih dimana guru sedang menulis angka-angka. Seperti tercantum dalam pendahuluan, percakapan berikut ditampilkan dalam dua kolom: bagian sebelah kiri menggambarkan interaksinya antara guru dan siswa, bagian sebelah kanan berisi komentar akan kejadian yang berlangsung – analisa tahap pertama. Digunakan nama – nama samaran pada percakapan di bab berikut ini. T mengambil pulpen dan mulai menulis angka 20, 40, 60, 80 secara terpisah di papan tulis T- di sini ada Sekitar 3 anak mengangkat tangan. T menghadap ke mereka. 46. Menilai secara formatif T- saya ingin tahu-apakah kamu tahu maksud dari deretan 4 angka tersebut- jika tahu tolong angkat tangan dan beri tahu saya 11:41 Kebanyakan siswa mengangkat tangan. T- OK, saya ingin tahu, siapa? Becky T Yang tahu keempat deretan angka-Becky Dua puluh/empat puluh/enam puluh/delapan puluh OK- bagus-turunkan tangan kalian, kita sudah dapat jawabannya Pertanyaan berikutnya adalah- beritahu saya ada berapa puluhan- pada semua angka tersebut- Kira-kira separuh kelas mengangkat tangan T- Martin Martin menghadap T T – saya mau semuanya Sebagian siswa menurunkan tangannya, sebagian tetap mengangkat tangan Martin - dua T – angka yang mana M – semuanya- dua/dua/dua Di tahap ini hanya beberapa yang mengangkat tangan T – bukan- jadi maksudmu ada dua yang bernilai puluhan di sini T menghadap ke papan tulis dan menunjuk angka 20. Para siswa segera mengangkat tangan mereka hingga sekitar separuh kelas berlomba untuk menjawab M – mm Martin mengangguk-angguk T – dan dua puluhan di angka T menunjuk angka 40 M – mm Martin memposisikan kepalanya di satu sisi T – berapa puluhan di angka tersebut M T Martin – berapa banyak > puluhan < > empat <= = benar, berapa nilai puluhannya di angka enam puluh= T menunjuk angka 60 M = enam T – berapa nilai puluhan di angka T menunjuk angka 80 M – delapan = T ingin menyakinkan bahwa satu kelas paham mengenai angka-angka tersebut dan menetapkan bagian yang penting di akhir pelajaran. T memilih siswa terlemah; jika jawabannya benar maka t yakin bahwa satu kelas memahami materi yang telah diberikan sehingga pelajaran dapat dilanjutkan. Ok - bagus, bagian pertama IRF telah tercapai. T menggambarkan secara verbal interaksi yang pertama, dasarnya telah terbentuk. T melanjutkan ke pembahasan yang sebenarnya- puluhan dan satuan T menunjuk Martin karena sepertinya martin tidak memperhatikan. Lagipula, Martin merupakan barometer siswa di kelas di banding Becky- jika martin paham, t yakin seluruh siswa juga paham, jika tidak, beberapa petunjuk akan diubah. Responnya tak begitu memuaskan sehingga T memperpanjang waktu pelajarannya. Mengapa martin menjawab dua? Apakah dia memang tak paham tentang puluhan dan satuan? Apakah dia panik karena ditunjuk langsung-sehingga lebih baik asal menjawab daripada tak menjawab sama sekali? Dia telah diingatkan bahwa jawaban yang benar mengacu ke empat angka tersebut, tetapi untuk alasan apapun jawabannya tidak menggambarkan sama sekali; jadi T memberinya latihan di angka berikutnya. Dengan intonasi rendah, mengatakan bahwa Martin tak begitu percaya diri dengan jawabannya. Kemudian, memfokuskan pada pertanyaannya membantu jawaban Martin sehingga dia kelihatan lebih mengerti sesuai dengan harapan T. Benar - menunjukkan kesempurnaan, sehingga dapat berlanjut ke sesi IRF berikutnya. Dari ritme tersebut, T beranggapan bahwa siswa memahami latihan yang diberikan dan memberikan respon yang tepat, timbal baliknya tak perlu terlalu kelihatan. 47. Penilaian kelas dan pengajaran bahasa Meskipun beberapa siswa telah menurunkan tangannya dapat disimpulkan bahwa mereka telah paham mengenai angka-angka tersebut. Para siswa menghadap ke papan tulis dan ke T. T = sadarkah kalian ketika menyebutkan angka delapan- di angka delapan tersebut T menunjuk angka 8 pada angka 80 T- dan ketika kalian meyebutkan angka enam di angka enam tersebut T menunjuk angka 6 dia angka 60 T- sadarkah kalian saat menyebutkan angka 4 di angka 40 T menunjuk angka 4 di angka 40 Martin > ya < beberapa detik berikutnya T - angka pertama memberitahumu berapa nilai puluhannya, jadi saya letakkan huruf t di depan puluhannya T menghadap ke papan tulis dan menulis huruf t di antara angka 8 dan 80. Dia menghadap para siswa kembali. Semua tangan telah turun kecuali Hannah T- delapan puluh memiliki delapan puluhan kelas- delapan puluhan T - kembali menghadap papan tulis dan menuliskan huruf t di antara angka 6 dan 60. T- enam puluh>memiliki enam puluhan< kelas-enam puluhan T menuliskan huruf T di antara angka 4 dan 40 kelas-angka 40 memiliki 4 puluhan T - menghadap siswa T = sshhh-betul,lalu-berapa jumlah satuannya Faye mengangkat tangan dan segera diikuti oleh siswa lainnya. T berbalik dan menunjuk angka 20 T - di angka ini - ada berapa jumlahnya Faye F = tak ada Kebanyakkan menurunkan tangan sementara yang lain bertahan T = tak ada-tak ada jumlahnya-Alice Kelas-tak ada Alice-tak ada Pada pertanyaan berikutnya cukup dilakukan hanya untuk mengkonfirmasi kebenaran jawaban saat itulah memakai kata penghubung dengan bahasa tubuh dan intonasi yang sesuai. Bagaimanapun juga, terlihat bahwa martin hanya menyebut ulang puluhan di angka 60, delapan puluhan di angka 80- dibandingkan menjawab apa yang tertulis di papan tulis, jadi dia hanya mengulang apa yang sudah diucapkan. Lebih jauh gambaran tersebut terlihat di keseluruhan kelas. Kata benar kemudian menunjukkan suatu kemajuan yang mendekati topik materi. IRF dimulai dengan pertanyaan ada berapa unit di angka....pertanyaan tersebut ditujukan secara individu tetapi merupakan bagian pertanyaan untuk keseluruhan siswa sebagai strategi mengajar. Responnya terjadi secara langsung dan tepat. Bagaimanapun juga, setelah maju ke pembahasan berikutnya, guru secara langsung merespon dengan memberikan timbal balik sebelum mengujinya ke siswa yang lain. 48. Menguji penilaian formatif Inti dari percakapan berikut, secara jelas menunjukkan cara siswa dalam menjawab pertanyaan dengan jalan mengumpulkan data meskipun mereka tak tahu jawabannya. Jawabannya sendiri merupakan bagian dari pengajaran secara keseluruhan - yang secara berkesinambungan mengontrol kebahasaan guru-dalam bertanya selalu menempatkan penanya di posisi yang kuat-dan melanjutkan pelajaran secara tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru. Guru kemudian melanjutkan ke pembahasan berikutnya ‘pembulatan’. T - OK itu pertanyaan pertama- sekarang saya akan menulis angka yang berbeda dan saya ingin kalian memperhatikan saya akan menulis angka yang berbeda-sekarang - di sini - OK T mulai menulis angka puluhan secara acak. Para siswa mulai mengangkat tangan. C (saya bisa) Siswa bergumam. T meilhat dari pundaknya... 11:43 T - ssshh- tolong perhatikan saja OK Siswa terdiam (T melanjutkan menulis) dan menghadap siswa T - baik, sekarang kita akan membulatkan-saya akan menuliskan di papan tulis-kita akan mulai T menuliskan kata pembulatan dalam huruf besar di atas angka-angka yang acak. Lalu kembali menghadap kelas. 11:44 Saya akan jelaskan-pembulatan - ada empat angka di sini-dua puluh-empat puluh-enam puluh-delapan puluh. T kembali mengahadap papan tulis dan melingkari angka-angka tersebut. T - saya akan memilih dari angka-angka ini-saya pilih angka berikut Kata OK- mendekati pemberitahuan, tetapi tidak menunjukkan bahwa pelajaran akan dilanjutkan ke pembahasan berikutnya. Kata OK - lebih menekankan pada cara bertanya, tetapi tentu saja guru tidak menanyakan persetujuan siswa, ini adalah perintah untuk diam/tenang. Sekali lagi, kata OK bukan bertanya tetapi memerintahkan. Kata OK sekarang-menunjukkan bahwa tema selanjutnya bisa dimulai. T menunjuk angka 37 yang terletak dekat dengan angka 80. Kembali menghadap kelas. Tidak mungkin guru bertanya seperti dalam ujian dan secara terbuka melihat dan merekam respon mereka. Bagaimanapun juga, guru dapat menilai mana siswa yang menunjukkan kemajuan, mana yang tidak, mana yang hanya mengulangi jawaban yang benar, dan mana yang berusaha menjawab dengan benar. Inilah yang disebut kenyataan harian dari penilaian guru. Yang juga merupakan permasalahan di keseluruhan kelas dimana apabila hanya memfokuskan pada satu siswa maka akan membuang waktu siswa lainnya (Wong 1995). Hal ini mungkin akan memicu penilaian dalam pemahaman siswa dan hasil yang didapat. Pertanyaan-pertanyaan ambigu dalam kelompok kecil. Kenyataannya, penilaian terperinci pada tiap siswa sudah direncanakan dan dapat diterapkan pada kegiatan kelompok kecil. Bagaimanapun juga, besar kecilnya kelompok bukanlah permasalahan dalam kebahasaan. Pada percakapan berikut guru akan memperkenalkan ambiguitas dalam mengajar dan menilai tiga siswa yang berbeda. Guru akan memakai cerita berjudul tiga beruang dengan memakai tiga boneka beruang untuk memperkenalkan pembahasan tentang hitungan dan pengenalan angka, dengan memakai angka 1,2,3. T - angka berapa.... T menunjuk angka 1 kelas-satu T- angka satu T menunjuk angka berikutnya sambil bercerita tentang tiga beruang dan melanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sepertinya ditujukan untuk siswa secara umum dan mengenalkan simbol untuk angka dibandingkan menghitung tiga beruang tersebut. Tidak ada inti dari pembelajaran tersebut. T- angka berapa yang itu Simon-umm T melihat Seb dan meletakkan jari di depan mulutnya ketika simon berkata umm T - tahukah kamu Simon-umm tiga T - tiga? T melihat Seb T- angka berapa menurutmu Seb Seb-umm dua T - dua T melihat Simon T - angka dua T melihat Seb T- jadi angka dua T menutup buku cerita tiga beruang. T menghadap Simon T- angka berapa itu simon Simon - er...empat T - ini tiga Simon-tiga T-yang itu tiga Jimmy-dia tidak tahu semua angkanya T - maaf jimmy-bisa diulang kembali - saya tak begitu dengar Jimmy - dia tak tahu semua angkanya T - dia tak tahu semua angkanya...yah...kita bisa bantu kan Guru mengenalkan angka satu secara langsung dengan menunjuk angka satu. Jawaban yang diharapkan diucapkan langsung dan Simon menjawab satu, meskipun tak memperdulikan atau mengacuhkan guru. Hal ini terpengaruh akan buku tiga beruang. Guru membetulkan kesalahan Simon dan berasumsi bahwa Simon tak dapat mengenali angka dua dan tiga. Angka dua - bukan dua beruang - tetapi tulisan angka dua.yang mungkin membuat Seb dan Simon bertanya- dua apa? Ini bukan lagi memperlihatkan kegiatan kebahasaan kelas dimana pemakaian buku menggantikan pembahasan tentang angka. Guru beranggapan bahwa simon susah membedakan angka satu dan tiga. Kebingungan tersebut menjadi satu. Kesalahannya terlihat pada kata- semua angka-. Kenapa guru menggabungkan semua kesalahan tersebut dan meminta Jimmy mengulangi komentarnya? Betulkah guru tidak mendengar, ataukah ini merupakan contoh pertanyaan dimana kelihatannya Simon memang perlu dibantu. Lebih jauh tanya jawab berikut, Simon menunjukkan bahwa dia mengenali angka-angka selanjutnya, dia dapat menghitung walaupun tak jelas. Guru menulis. Pintu berderit kembali. Seb, Jimmy dan guru melihat ke pintu. Simon-berapa yang kita punya sekarang-satu dua tiga empat lima-itu saja Simon berbalik dan melihat keseluruh kelas. Dia menunjuk satu per satu. Satu orang meninggalkan kelas. tersisa lima orang. Dalam konteks sebenarnya, dia dapat menghitung antara satu sampai lima. Jadi, kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dan ambiguitas terjadi pada siswa di kelas kecil. Kemungkinan penilaian aslinya juga terlihat, seperti contoh Simon di atas, tetapi untuk menunjukkannya dibutuhkan ketajaman pengetahuan guru dan kemungkinan yang berbeda dari kelas kecil yang menjadi fokus dari target kurikulum nasional. Kami tidak bermaksud untuk mengkritik guru - tetapi diperlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam mengajar dan melakukan penilaian kelas. T - angka tersebut terdiri atas tiga puluhan dan tujuh satuan-tiga puluh tujuh-angka ini mendekati angka berapa Beberapa mengangkat tangan T - lihat angka 37 - ini mendekati angka 20 atau empat puluh-mana yang mendekati-Ellen di tahap ini kebanyakan siswa mengangkat tangan;banyak yang menurunkan tangan ketika Ellen ditunjuk. e-erm 80 T - jadi menurutmu angka 37 lebih dekat ke angka 80 – OK -bagaimana menurutmu Alice Ellen menutup wajahnya a-erm 40 Lebih banyak anak mulai mengangkat tangan T - 40, bagaimana menurutmu rachel r -20 T - menurutmu lebih dekat ke 20 - Charles? Ch-40 T - 40, tim? T - 40 T - 40, kate? K - 60 T - 60, Elspeth? e-40 T - 40, Christina? Ca - 60 T - 60,miles? m-40 Ellen sepertinya mengartikan kata mendekati sebagai kelanjutan akan angka berikutnya, dibandingkan membulatkannya. Lebih jauh guru menjawab secara netral (ok) tetapi secara tiba-tiba mengulangi pertanyaan yang sama ke anak yang lain untuk membenarkan jawaban. Guru merasa puas akan respon yang didapat, tetapi tak menjawab pertanyaan. Pengulangan yang dilakukan mengimplikasikan bahwa kemungkinan jawaban lain. Rachel mungkin berpikir menjawab angka 20 benar, karena dia terpengaruh bahwa menjawab 40 salah. Dengan mengulangi pertanyaan guru mencoba memperkuat jawaban yang benar, hal ini dilakukan daripada langsung mengatakan bahwa jawaban Ellen salah. Apakah guru mencoba berbaik hati dengan Ellen? Ataukah dia mencoba menyeimbangkan siswa yang menjawab benar dan salah? Apapun maksud guru, yang jelas telah membingungkan siswa, walaupun beberapa siswa telah menjawab 40, guru terus menanyakan hal yang sama-sehingga membuat yang menjawab 40 salah. Hal inilah yang membuat Kate, Christina dan Rachel mengira jawaban 40 benar tetapi karena tak ditetapkan sehingga kemungkinan jawaban lain yang benar. Guru mulai meneliti pendapat kelas dengan meminta mereka untuk memilih (dengan mengangkat tangan) untuk pertanyaan angka berapa yang mendekati angka 37 ; guru lalu mencoba untuk menetapkan jawaban dengan cara mengukur dan meminta siswa untuk menghitung jarak antara angka 20 ke 37, 37 ke 40 dan seterusnya. Di tahap ini secara tersirat mengajarkan kepada siswa konsep pembulatan itu sendiri. Bagaimanapun juga, kesalahpahaman yang betul-betul terjadi pada Ellen tak terlihat. Keseluruhan bentuk-bentuk pertanyaan di atas menunjukkan terjadinya proses yang disebut pengajaran keseluruhan kelas. Untuk mengulangi, pertanyaan guru dan respon siswa akan selalu menyajikan tujuan-tujuan yang berbeda dan memperkuat fungsi-fungsi di saat yang sama. Pastinya, secara pasti siswa dapat menginterpretasikan pertanyaan guru dan menyimpulkan jawaban yang masuk akal sebagai bagian dari interaksi. Tidak berati bahwa menilai secara formatif lebih susah dibandingkan penerapannya. Permainan menebak Untuk menyelidiki dan menganalisa lebih jauh kita lihat pada data terlebih dahulu. Faktor yang pentimh pada kejadian berikut ini terdapat pada konsentrasi guru dalam menilai kemapuan dan pemahaman siswa, dibandingkan dalam mengajarkan sesuatu. Apapun alasannya, dapat mencegahnya dalam menerapkan perintah langsung jika diperlukan. Dari perspektif guru, terlihat bahwa guru memberikan kesempatan siswa untuk menunjukkan pengetahuannya. Avis green mengajar di kelas campuran. Dia telah mengajar di sekolah kecil yang sama selama tahunan-jadi pengertian kecil disinikelas yang dibuat secara vertikal dengan menggabungkan usia. –Percakapan berikut melibatkan satu guru dan tiga siswa- dua perempuan dan satu laki-laki. Kegiatannya melibatkan penerapan tes secara ilmiah untuk melihat cara yang berbeda dari dua kertas yang sama ketika salah satunya dirobek dan yang satunya diremas menjadi bola. Bagaimana dan mengapa bisa terjadi? Saya tertarik untuk menyelidikinya. Bagaimana mereka menggmbarkan perubahan tersebut dan akibat dari perubahan bentuk sehingga memberikan pergerakan yang berbeda...ide pokok kegiatan ini adalah pengenalan akan tes yang adil dan tidak. Dalam latihan ini siswa telah dibagi dalam grup yang pandai.. avis menyadari bahwa hal ini lebih efektif ketimbang mencampur siswa dimana mereka hanya akan berbicara satu sama lain.kelompok siswa yang akan ditunjukkan percakapannya di bawah ini adalah siswa-siswa yang lumayan pandai. Dari kelompok ini, avis tidak mengharapkan pemahaman mereka, tetapi dia lebih mengharapkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan latihan yang diberikan, seperti yang tercantum dalam penilaian guru kurikulum nasional mata pelajaran IPA. Lebih jauh, kita mencatat bahwa avis tak begitu yakin dengan aspek mengajar dalam kurikulum nasional pelajaran IPA, sehingga mendaftarkan dirinya untuk mengikuti kursus mengajar sekolah dasar IPA untuk membuktikan pengetahuannya akan IPA. Kelas sudah dibentuk untuk menyelesaikan tugas dan para asisten pengajar telah ditentukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Terdapat lantai mezzanine di area ini (diatas tangga) Guru duduk di kursi menghadap siswa. Dia memiliki beberapa lembar kertas A4 berwarna kuning yang sedang dihitungnya.dia telah memberikan dua lembar masing-masing kepada carrie dan robert.tiga anak duduk bersila di lantai menghadap guru. 10:22 T - saya akan bertanya jikalau kalian bisa memberitahu saya tentang kertas-kertas ini guru memberikan dua lembar kertas kepada gillie.carrie dan robert memindahkan kertas mereka. Ini adalah bentuk pertanyaan pembuka, untuk menunjukkan berapa jumlah kertas yang ada. Mereka sepertinya kelihatan kaget dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. T - coba dilihat-pegang kertas - kertas tersebut-perhatikan seperti apa bentuknya di tanganmu guru memegang beberapa kertas di tangan kanannya dan secara perlahan menggerakkannya naik-turun. T - seperti apa kelihatannya? Guru memegang kertas lagi di tangan kirinya dan menggerakkannya sehingga gerakannya bersamaan dengan kertas di tangan yang kanan, lalu menggerakkannya secara bergantian. Carrie menirukan gerakan tersebut, Robert dan Gillie memperhatikan dan menggerakkannya dengan tangan mereka. Secara perlahan Carrie T - lembut bukan? Bagaimana kamu menggambarkan kertas-kertas tersebut Robert? Semuanya memegang kertas masing-masing sambil menatap Robert. Robert terpana T - lihat lagi-bagaimana kamu menggambarkan kertas tersebut? 10;23 Robert memindahkan kertas tersebut dari tangan kananya ke tangan kirinya Robert meletakkannya di tangga Robert memegang selembar kertas dengan tangan kirinya T - letakkan di tangga tetapi>apayeah< Robert melihat sesuatu di belakangnya T - Robert-kertasnya Guru berdiri di dekat robert. Dia memperhatikannya. Guru masih memegang selembar kertas yang diletakkannya di depan lututnya. Carrie menyeimbangkan permukaan kertasnya. Gillie menggaruk telinganya. T - bagaimana menurutmu dengan kertas ini-apakah ini tissue-kertas-apakah ini jenis kertas yang kamu pakai untuk menggambar? Carrie=ya= Carrie menggangguk sewaktu menjawab ya T - bagaimana rasanya? Kertas yang kamu pakai untuk menggambar carrie Meskipun kata-kata tersebut menyiratkan bahwa pertanyaannya masih dilakukan, bahasa tubuh yang disampaikan menunjukkan respon atas pertanyaan-pertanyaan tersebut;jalan alternatifnya adalah dengan melakukan gerakan pantomim seperti menggerak-gerakkan kertas. Carrie secara tiba-tiba menunjuk dirinya sebagai model pembelajaran guru. Carrie juga memberikan respon yang pertama. Respon seperti inilah yang diharapkan, meskipun terjadi pengulangan pertanyaan ke Robert untuk menunjukkan bahwa jawabannya salah, tapi respon seperti itu tidak diharapkan. Guru memerintahkan Robert untuk membuat sesuatu-contohnya mengobservasi-tetapi dari nada suara dan perintah yang diberikannya kepada Robert tak membantu Robert sama sekali untuk memahami apa yang disampaikan-ini merupakan salah satu contoh penanganan kelas-lebih tepatnya kelakuan kelas. Robert tahu apa yang terjadi dengan melihat kelompok lain dan ingin terlibat di dalamnya! Sekali lagi pengulangan dari pernyataannya menunjukkan bahwa respon yang diberikan tidaklah salah, tetapi guru masih mencari-cari. Dengan menamai Robert, guru mencoba menarik perhatian dan memberikannya soal lagi. Ini merupakan langkah pertama yang dilakukannya dari kesempatan-kesempatan yang ada. Sampai sekarang terlihat bahwa sebenarnya guru telah memiliki jawaban sendiri-dimana kertas yang dipunya berukuran, berbentuk dan mempunyai berat yang sama-jawaban yang diharapkannya dari petunjuk yang dilakukannya.bagaimnapun juga, bentuk pertanyaan seperti ini (Barnes 1976) tidak menggambarkan sama sekali. Guru kemudian mengganti cara bertanya dengan memberikan pilihan pertanyaan., dengan harapan melalui cara ini lebih dapat tercapai tujuannya. Guru kemudian memakai pola reformulator (French dan Maclure,1983), yang biasa dipakai dalam penilaian kelas dan pengajaran bahasa. T - ini adalah kertas yang kamu pakai untuk menggambar kan? Guru melihat ke Carrie. Robert dan Gillie masih memandangi gurunya sambil memegang kertas masing-masing. Guru melihat ke gillie. T - bisakah kamu katakan kertas apa ini gillie? Gillie-mmmm T - kertas apakah ini? Dapatkah kamu sebutkan apapun tentang kertas ini ? Guru sekarang menggerakkan lagi kertas tersebut T - seperti apa? Guru memandang Carrie sambil masih melambaikan kertas tersebut naik-turun T - kamu kira keduanya-apa yang mereka rasakan? Secara perlahan Carrie menggangguk-angguk. Robert meletakkan kertasnya. T - apakah masih lembut? Guru melihat ke Gillie. Guru terlihat seperti akan melemparkan kertas, tetapi ternyata hanya melambaikannya naik-turun secara bersamaan. T - bagaimana jika-adakah yang bisa kamu sampaikan ke saya-mengenai kertas ini selain bahwa permukaannya lembut? Guru kemudian melihat ke robert yang telah memegang kertasnya kembali. Gillie-errm Robert-saya tahu T - apa itu? Carrie bersemangat Carrie menekan kertasnya naik dan turun T - ini melambung Robert-melambung (terganggu oleh anak yang lain) 10:24 T - sekarang-coba lihat kertas ini dan lihat yang satunya lagi Guru melakukan gerakan alternatif lainnya. Carrie meletakkan kertasnya dan mengambil kembali. Pada tahap ini, jawaban yang didapat tak seperti yang diharapkan guru. Guru sekarang keliatannya lebih tertarik membuat Gillie mengatakan sesuatu. Gillie kelihatannya tidak tertarik untuk menanggapi. Guru telah mengenalkan kata keduanya. Pertama kali dia menunjukkan bahwa kemungkinan ada perbandingan di antaranya. Sayangnya, tak ada siswa yang menanggapi. Kata masih mengindikasikan bahwa tak ada jawaban yang benar. Apakah dia menyarankan kata ringan, melayang? Meyakinkan bahwa kata lembut tidak tepat. Saat Robert bilang bahwa dia tahu jawabannya, Carrie terlebih dahulu menjawabnya. Apakah ini menunjukkan peran Carrie? Bagaimanapun juga, guru mencoba untuk memimpin siswa untuk mengikuti perintahnya dengan memakai pertanyaan-pertanyaan (Barnes1976), Perannya sebagai seorang pembimbing menunjukkan kesetiaannya sebagai contoh. Robert menirukan gerakan guru T - sekarang tutup mata kalian dan pegang kertasnya dengan tangan yang sama Ketiga siswa tersebut memegang kertasnya dengan dua tangan mereka T - kedua tangan-kanan-seperti itu pegang kertasnya-tutup mata kalian R memutar-mutar kertasnya Robert - tunggu sebentar Robert memindahkan kertasnya sehingga dia memegang kertas di setiap tangannya. Para siswa tertawa dan guru hanya tersenyum. T - betul-tutup mata kalian-apa yang bisa kalian sampaikan mengenai berat kertasnya?apakah terasa? Carrie menjatuhkan selembar kertasnya.dia mengambilnya dan memegangnya dengan kedua tangannya.guru melakukan gerakan tersebut berulang-ulang. T - apakah keduanya terasa berat? Guru menggerakknya melalui pundaknya sekarang T - apakah yang satu berbeda dari yang lain-ataukah sama? Carrie - keduanya sama Carrie melihat ke guru dan menekan kertasnya kembali T - menurutmu keduanya sama? Carrie menggangguk Robert-yeah T - bagaimana kita tahu kalau beratnya sama? Apa yang kita lakukan untuk mengetahui kalau beratnya sama? Selembar kertas jatuh ke lantai Robert - bu, kertasnya jatuh Robert menunjuk kertas tersebut T - saya tahu saya telah menjatuhkan selembar kertas Carrie menundukkan badannya untuk mengambil kertas tersebut. Guru menyilangkan kakinya untuk mengambil kertas tersebut T - baiklah, terima kasih Carrie Carrie - kertasnya T - tanpa menyentuhnya-bagaimana kita tahu kalau keduanya sama-apa yang kamu lakukan Robert dan gillie bersamaan melihat ke sekeliling guru, carrie melihat guru t-jika ini dua kantung gula,bagaimana kita tahu kalau beratnya sama? 10:25 Robert dan Gillie melihat guru kembali. Guru memandangi Carrie Carrie - berat T - maaf? Carrie-berat T - berat Carrie menganggukkan kepalanya. Dua anak lainnya melihat kertas mereka. T - apakah berat? Bagaimana kamu melakukannya-bagaimana ibumu melakukannya saat dia memasak? Guru masih memegang kertas tersebut dengan sebelah tangan dan masih memandangi Carrie. T - apa yang dipakai ibumu untuk mengetahui bahwa beratnya sama? T - pernahkah ibumu memakainya? Carrie mengangguk. Robert, yang menekan kertasnya ke udara dan menggapainya, menjatuhkan kertasnya.dia memutar badannya dan mengambil kertas tersebut. T - carrie, apa yang dipakai ibumu saat memasak untuk mengetahui berat benda? wortel Carrie melambaikan kertasnya turun-naik T - dia memakai wortel kan? Tetapi apa yang dia dapatkan dari wortelnya? Robert kembali memainkan kertasnya ke udara. Carrie dan Gillie memperhatikan yang dilakukan guru. T - ketika ibumu membuat kue,apa yang dilakukannya untuk mengetahui bahwa beratnya sama? Kertas di tangan kanan guru terlepas.guru mengambilnya. Robert memperhatikannya. T - apa yang dia pakai-apa yang dipakai ibumu-ketika kamu memasak dan ingin mengetahui apakah beratnya sama, apa yang kamu pakai untuk menimbang tepungnya? Guru melihat ke Gillie 10:26 T-apa yang dipakai gillie? Carrie - tepung Guru melihat Carrie Robert - saya tahu Sambil mengangkat tangannya, guru, Gillie dan Carrie memperhatikannya.carrie memukul kertasnya dengan tangan kanannya. T - kalian sebut apa-disebut apa ? Robert meletakkan tangan kirinya ke kepala dan tangan kanannya ke mulutnya T - kita letakkan tepungnya di panci Guru membuat gerakkan menaburkan dengan tangan kanannya diikuti gerakan memutar. Robert mengangkat tangan kirinya tapi lalu menjatuhkannya kembali. T - panci putih yang istimewa dan kemudian kita letakkan lagi sesuatu-apa namanya Robert mengangkat tangan Robert - saya tahu = sebuah pot Guru menggelengkan kepalanya dan berjalan menghampiri Robert. Carrie dan Gillie memperhatikannya. T – bukan - apa yang kita pakai untuk menempatkan tepung sebelum ditempatkan di mangkuk Carrie memutar kepalanya menghadap gurunya Carrie... Guru masih berdiri,sekarang menghadap Carrie. Dua siswa yang lainnya memperhatikannya. T - jadi-sekarang kita tahu yang kita punya T- tepung yang cukup-untuk dipakai-apa yang kita pakai-apa yang kita gunakan untuk menimbang-disebut apa pada saat kita menimbang - sepasang... Carrie... T - tolong ulangi-sepasang perekat Gillie-sepasang Carrie... T - ya betul,timbangan Guru menganggukkan kepala dan berjalan kembali T - sepang timbangan-kita dapat memakai beberapa timbangan Guru meletakkan selembar kertas dan meletakkan kertas yang lain di atasnya T - sekarang saya akan lanjutkan dengan memakai kata saya tahu, yang diucapkan dengan nada tinggi, mengindikasikan ketidak yakinan. Empat petunjuk ini agak membingungkan - yang pertama menyarankan kata benda, yang kedua kata keterangan, yang ketiga kata benda, dan yang keempat kata kerja. Permainan menebak kata hanya berlangsung selama dua menit. Apakah guru benar-benar menyampaikannya atau tidak? Apakah menjadi masalah? Berusaha keras hanya untuk mendapatkan kata timbangan. Guru sekarang lebih mengacu pada keseimbangan. Kami hanya mengikutkan bagian pembuka dari sesi grup kecil tersebut (Avis bekerja sama dengan tiga siswa tersebut hanya selama 23 menit). Setelah kegiatannya berkembang, Avis merubah polanya dan menjadi sedikit berambisi. Dapat dikatakan bahwa ia puas dengan hasil dan pelajaran yang didapatnya. Saya terkejut bahwa kami mendapat banyak dari apa yang kami perbuat...Carrie sudah bisa memakai timbangan sekarang...untuk kelompok tersebut bagian yang penting adalah pembahasan mengenai timbangan. Benar-benar merupakan hasil yang tak terduga. Ketika saya sadar bahwa mereka tak begitu paham tentang timbangan, saya merubah pola mengajar saya dan lebih berkonsentrasi pada timbangan...saya mengenalkan istilah tersebut Carrie tidak tahu mengenai berat dan ringan jadi saya mengenalkannya pada kata timbangan...saya bermaksud menunjukkannya pada Carrie. Saya merasa kepercayaan dirinya agak kurang tetapi menyenangkan sekali mendapati dia mau berbicara dalam kelompok dan berhasil. Karena Carrie sepertinya cepat bosan. Saya akan memantaunya terus minggu depan, meskipun ini tak terencana tetapi sudah merupakan tugas saya....hal ini memberikan banyak masukan kepada saya dimana keseimbangan dibutuhkan dalam pengukuran matematika. Lalu Avis juga memodifikasi pernyataannya bahwa apa yang dia nilai sesuai dengan latihan yang dilakukan siswa. Sehingga dapat dibilang bahwa ia telah berhasil dalam melakukan penilaian kelas. Dalam interaksi yang susah yang melibatkan banyak faktor, Avis menetapkan bahwa siswa-siswa ini tak memahami prinsip-prinsip dasarnya dan tak bisa meresponnya meskipun telah diberi berbagai petunjuk. Berdasarkan informasi inilah, dia merubah pola mengajarnya sehingga berhasil menganalisa permasalahan yang terjadi untuk tugas berikutnya. Dia juga merasa bahwa ia mampu melakukan intervensi yang penting, dengan berbagai dampak potensial yang mengacu pada motivasi per siswa. Dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil mengumpulkan data penilaian yang penting.dan mengulangi penilaian tersebut selama 23 menit tanpa adanya gangguan; dalam arti kesukaran di dalam kelas dan kesulitan guru dalam mengekspresikan dirinya ketika melakukan diskusi dalam kelompok besar maupun kecil, penilaian ini dapat memberikan sesuatu yang signifikan dalam penanganan waktu. Juga, latihan-latihan yang diberikan telah diulangi beberapa kali secara keseluruhan.hasilnya, hanya terlihat seperti guru tahu apa yang menjadi permasalahan utamanya. Apakah ada nilainya pada waktu Avis memberikan latihan di kelasnya pada siswa umur 6-7 tahun? Perbedaan merupakan kunci utama pada setiap penilaian seperti yang tercantum pada perencanaan kurikulum. Yang megejutkan, terdapatnya sebuah ironi yang merupakan tujuan pokok dari penilaian formatif yang seharusnya sesuai antara tugas siswa dengan usia mereka, jadi mereka tak konsisten dengan materi yang mereka berikan selama pengajaran; tetapi di sini penilaian merupakan alat yang paling tepat untuk mengetahui kemampuan siswa. Edwards dan Mercer (1987) mengidentifikasi fenomena mengajar di sekolah dasar, antara lain : 1. Buatlah suatu kondisi yang bisa dipercaya untuk membiarkan siswa mengenali apa yang ada pada mereka sendiri 2. Rencanakan pengajaran yang mencakup pengajaran secara langsung, pengalaman yang nyata, yang memungkinkan mereka untuk berperan, jadi tak hanya mendengarkan, membaca atau menulis 3. Tempatkan siswa pada porsi yang lebih luas, lakukan kegiatan di luar kelas/sekolah ketika menjelaskan topik yang sesuai dengan kurikulumnya 4. Dengan memakai teknik permainan menebak sesi tanya-jawab...untuk mendapatkan ide dari siswa dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi 5. Jagan pernah menjelaskan secara detail kegiatan apa yang akan dilakukan di hari itu. Meskipun kebanyakan kurikulum melakukan seperti itu, dimana guru lebih banyak memimpin kelas dibandingkan siswa ternyata hak itu membuat siswa tak puas dalam kenyataannya 6. Jangan memberi penjelasan yang terlalu luas, kriteria pembelajaran yang berhasil adalah bila siswa dapat menerapkan apa yang mereka dapatkan (Edwards dan Mercer 1987;33-4) Strategi-strategi diatas sepertinya berasal dari ideologi pengajaran yang telah diidentifikasi oleh Edwards dan Mercer dengan plowden report dan psikolog Piagetian. Kritik mereka yang terkenal dengan nama pusat-anak yang mendekatkan pada pendidikan, sesuai dengan orang lain yang berbeda pandangan (contohnya Sharp dan Green 1975, Walkerdine 1978, Bennett 1984). Bagaimanapun juga, sejak pembelajaran dan lainnya telah memiliki tempatnya hal tersebut telah merubah sistem pembelajaran sekolah dasar, yang memperkenalkan kurikulum nasional dengan pandangan yang tinggi. Yang menarik adalah meskipun telah dikenalkan kurikulum tersebut, keenam fenomena Edwards dan Mercer terlihat jelas pada percakapan di atas dan kemungkinan tergabung oleh kurangnya kepercayaan diri-yang dirasakan Avis ketika mengajar IPA. Kejadiannya terjadi akibat dari cara bermain dalam permainan menebak saat pertama kali berjalan. Sepertinya aspirasi guru pada saat itu terdapat pada sesi dimana para siswa akan membuat perlengkapan yang berbeda dari lembaran-lembaran kertas, yang mencakup bahwa sebenarnya apa yang akan mereka buat adalah sama. Dari kejadian itulah akhirnya guru membuat fair-tes. Tapi jika ia ingin menetapkan apakah lembaran-lembaran kertas itu sama, dan dalam hal apa mereka sama, tentunya pertanyaan yang tepat adalah, apakah kedua kertas ini sama? Dan atau bagaimana caranya memutuskan apakah kedua kertas ini sama atau tidak? Bagaimanapun juga, permainan menebak kata yang ia pakai sedikitnya telah membuat kesulitan siswa untuk paham apa yang berlangsung saat itu. Terlihat tampaknya Robert tak konsentrasi. Dia hanya ingin menjatuhkan kertas seperti yang dilakukan siswa lain. Gillian sepertinya tak terlalu nyaman dengan dirinya sehingga ia menunggu sampai dirinya merasa aman. Carrie berlaku seperti layaknya siswa yang ideal dan mencoba untuk menerka apa yang diinginkan oleh si guru, tetapi bingung dengan strategi gurunya. Kombinasi dari pertanyaan pembuka dan penutup membingungkan, biarpun untuk Carrie, kemungkinan disebabkan karena penyampaiannya yang tersirat.kelompok tunggal yang berbakat ini sebenarnya terdiri atas siswa dengan kemampuan pemahaman yang berbeda. Edwards dan wesgate (1987) mencatat bahwa menjadi siswa merupakan masalah dalam menguasai kode interaksi, aturan yang seharusnya dimainkan oleh guru. Seperti yang dikatakan oleh Edwards dan Furlong : pendalaman pengetahuan umum merupakan hubungan yang seharusnya antara guru dan murid, karena tanpa ini, penetapan kemampuan prosedural latihan akan susah dan proses interaksi tak bisa dimulai (Edward dan Furlong 1978:148). Robert dan Gillie sepertinya mengalami kemajuan yang kecil dari proses tersebut. Seiring berkembangnya sesi tersebut jelas sekali terlihat bahwa Gillie dan Robert tak terlibat di dalamnya. Ketika mereka berbicara, Avis kadang hanya melihat gerakannya saja, sedangkan Carrie berbicara jika perlu dan Avis membiarkannya terjadi. Berdasarkan penilaian guru, konsentrasi Carrie menunjukkan kurangnya mencari informasi tentang pemahamannya. Ironisnya, jauh dari proses komunikasi secara langsung- isi materi pelajaran-yang merupakan konsekuensi dari pemakaian ketentuan dasar pengetahuan IPA dan pemahamannya akan proses kelas (Edwards dan Mercer 1987). Para siswa harus berjuang sendiri untuk memahami proses yang diberikan guru. Dalam proses tanya-jawab, Avis menggambarkan ketiganya sebagai siswa yang tak dewasa, tetapi mungkin disebabkan mereka tak dapat menggambarkan tugas yang telah dibuat,karena mereka tak paham maksud guru. Hal ini terjadi karena Avis hanya menilai dari isyarat dan bahasa tubuh mereka. Hasilnya adalah tak adanya pemahaman dari tiap-tiap siswa tersebut. Saat mencoba memahami perilaku yang membingungkan dari gurunya, para siswa ini mencoba untuk memperhatikan pelajaran yang diberikan walaupun hanya sedikit. Perilaku ini seperti kesimpulan Wiles (1983), yang menemukan bahwa para siswa tersebut lebih memperhatikan ritualnya daripada isinya. Bagaimanapun juga permainan menebak kata tak sesuai untuk mereka, dan guru tak seharusnya mengenalkan hal tersebut dulu. Meski dari interaksi yang terjadi terlihat bahwa pada sesi pembuka kelihatan berbeda yang mungkin menentukan ketak efektifannya; hal inilah yang boleh dilakukan untuk mengajarkan siswa secara langsung-mengenalkan secara langsung hubungannya antara kata beratnya, berat, ringan, agak berat, dan agak ringan.yang bisa diperagakan dengan memakai timbangan, dan siswa diminta untuk memperagakanya dengan memakai timbangan untuk memahami materi yang disampaikan. Dengan cara ini, mereka tak hanya belajar sesuatu, tetapi juga mengobservasi dan bertanya di tahap berikutnya sehingga akhirnya bisa mengeluarkan ide baru dari mereka sendiri. Penerapan pendekatan apapun haruslah sesuai dengan pembelajaran penilaian dalam nasional kurikulum, dimana guru harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu sebelum menyampaikannya ke siswa. Untuk saat ini kita dapat melihat bahwa permainan menebak kata yang dilakukan Avis bisa menjadi referensi sebagai pengalaman belajar siswa di rumah. Edwards dan Mercer (1987;33) mengidentifikasi ini sebagai pola pengamatan umum, sementara dalam penelitian Edwards dan Furlong sebelumnya mencatat bahwa guru harus menunda pemberian materi yang mereka punya terbih dahulu, setidak nya hanya sementara sampai dapat menghasilkan makna baru dari referensi yang dibuat. Dan seperti yang dikatakan Bourdieu, dengan memberikan secara terbuka apa yang tersirat, sistem pendidikan mengaharapkan semua menyukai apa yang mereka tak punya. Seperti contohnya ilmu kebahasaan, kemampuan berbudaya, yang memungkinkan keberhasilan kemampuan kelas sosial dalam berinteraksi. Saat ini, kunci dari pengulangannya adalah penilaian kelas akan lengkap dengan adanya proses interaksi antara guru-murid dengan melalui bahasa pengajaran.

MENGAPA GURU MENYUSUN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN (RKP)?

Avatar Gede Putra Adnyana Posted Kam, 24/11/2011 - 00:41 by Gede Putra Adnyana Oleh: Gede Putra Adnyana (Guru SMAN 2 Busungbiu, Buleleng, Bali) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Lebih lanjut disebutkan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan dukungan dari berbagai stakeholder pendidikan, seperti pemeritnah, masyarakat, dan guru. Selanjutnya, dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, disebutkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam melaksanakan tugasnya maka Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan demikian menyusun dan menyempurnakan secara terus menurus rencana kegiatan pembelajaran oleh guru adalah keniscayaan. Rencana ini selanjutnya akan menjadi acuan dan barometer keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menyebutkan bahwa standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Standar kompetensi guru ini selanjutnya dijabarkan menjadi kompetensi inti guru dan kompetensi mata pelajaran. Terdapat 10 kompetensi inti guru yang termasuk kompetensi pedagogoik, yaitu 1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; 2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; 3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu; 4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; 6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; 7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; 8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; 9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; dan 10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kompetensi keberibadian guru diajabrkan menjadi 5 kompetensi inti guru, yaitu 1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; 2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; 4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri; dan 5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Kompetensi soial guru dikembangkan menjadi 4 kompetensi inti guru, yaitu 1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; 3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; dan 4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Sedangkan kompetensi professional guru, selanjutnya dijabarkan menjadi 5 kompetensi inti guru, yaitu 1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; 2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu; 3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; 4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Berkaitan dengan hal tersebut maka rencana kegiatan pembelajaran disusun sebagai langkah awal untuk mewujudnyatakan ke-4 kompetensi guru dan ke-24 kompetensi inti guru tersebut. Muara dari semua itu adalah agar mampu memberikan pelayanan yang paripurna kepada siswa sehingga mampu menghasilkan siswa yang cerdas, berakhlak mulia dan bertanggung jawab. Semoga bermanfaat dan semoga semua berbahagia. (Penulis: Gede Putra Adnyana, Guru Kimia pada SMAN 2 Busungbiu, Buleleng, Bali).

Minggu, 20 November 2011

Arti Pendidikan Karakter

Oleh: Prof. Ibnu Hamad, Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kemdikbud Seperti terminologi lainnya, tidak ada defenisi tunggal untuk pendidikan karakter. Secara etimologis, karakter berarti watak atau tabiat. Ada juga yang menyamakannya dengan kebiasaan. Selain itu ada yang mengaitkannya dengan keyakinan. Bahkan disamakan dengan akhlak. Dari pengertian ini, yang jelas karakter sering dikaitkan dengan kejiwaan. Karenanya, menurut ahli psikologi, karakter adalah sistem keyakinan dan kebiasaan yang ada dalam diri seseorang yang mengarahkannya dalam bertingkah laku. Lalu dimanakah letak karakter dalam diri seseorang? Inipun sulit dijawab. Namun ada “hukum” yang menarik terkait karakter. Kira-kira begini bunyinya: pikiran menghasilkan ucapan; ucapan mempengaruhi tindakan; tindakan menghasilkan kebiasaan; kebiasaan membentuk karakter; karakter menentukan nasib. Ternyata, hal yang paling mendasar dalam pembentukan karakter itu tiada lain adalah pikiran. Maklumlah, dalam pikiran itulah semua tindakan manusia itu diprogram. Bermula dari pikiran itulah, baik buruknya tindakan manusia berasal. Bilamana pikirannya positif, maka tindakannya positif dan sebaliknya. Oleh sebab itu, pikiran harus mendapatkan asupan yang baik agar menghasilkan asupan yang baik agar menghasilkan tindakan yang baik. Dalam konteks inilah pendidikan karakter sangat penting guna memberikan asupan yang baik itu. Kenyataannya, secara intrinsik yang namanya pendidikan bertujuan memberikan pikiran-pikiran positif. Jadi kloplah pasangan kata pendidikan dan karakter ini. Empat Dimensi Pendidikan Karakter Mencermati konsep dasar pendidikan, karakter yang dikembangkan Kemdiknas, tampaklah di sana empat dimensinya. Empat dimensi pendidikan karakter meliputi: olah pikir, olah hati, olah raga, dan oleh karsa. Yang patut dicatat dalam empat dimensi ini adalah keterkaitan di antara mereka satu sama lain dilambangkan dengan empat lingkaran yang saling mengikat. Maknanya, karakter seorang individu dinyatakan lengkap jika keempat dimensi itu tumbuh dan berkembang dalam diri yang bersangkutan. Tidak sempurna pribadi seseorang jika hanya pintar saja (olah otak). Apa artinya jika kepandaian jika tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan, kemanusiaan, dan kesosialan serta kewargaan. Karena itu perlu olah hati. Tentu saja, selain otak dan hatinya perlu berkembang, manusia juga perlu berkembang raga dan karsanya. Hal demikian agar ia dapat hadir di lingkungan sosialnya. Otak yang pintar dan hati yang lembut, belum sepenuhnya berguna jika belum memberikan kemanfaatan bagi sekitarnya. Sedangkan olah raga, diperlukan agar seseorang memiliki keterjagaan fisik. Dengan sehat secara fisik, maka ketiga potensi sebelumnya, otak, hati, dan rasa, dapat dimanfaatkan secara optimal. Bayangkan, jika seseorang yang pintar otaknya, lembut hatinya, banyak karsanya, namun sakit-sakitan maka ia tidak akan memberikan dampak yang maksimal bagi lingkungannya. Nilai Inti Pendidikan Karakter Mendiknas, M. Nuh mengibaratkan nilai-nilai pada pendidikan karakter itu, termasuk yang berada dalam empat dimensi itu -- sebagai sebuah pohon. Ibarat pohon, pendidikan karakter itu memiliki akar yang karenanya pohon itu dapat tumbuh dan berkembang. Demikian pula seseorang bisa hidup dengan baik jika memiliki nilai-nilai inti karakter sebagai akar kehidupannya. Nilai inti tersebut terdiri dari empat aspek. Pertama, jujur. Semua orang tak terkecuali orang jahat apalagi orang baik, menyukai kejujuran. Kejujuran menghasilkan kebaikan. Dengan jujur, semua masalah menjadi mudah terpecahkan. Kedua, cerdas. Sudah terang jujur merupakan sesuatu yang mendasar dalam hidup seseorang. Namun jujur saja tetapi –maaf- bodoh kurang berarti karena itu akan lebih banyak menjadi beban bagi orang lain. Oleh sebab itu ia harus cerdas supaya bisa mengambil peran aktif dalam menjawab setiap persoalan paling tidak yang menimpa dirinya sendiri. Ketiga, bisa berteman. Apa artinya jujur dan cerdas namun tidak bisa bergaul dengan orang lain? Orang egois, mau menang sendiri saja, dan suka menyakiti orang lain tak banyak manfaatnya walaupun jujur dan cerdas. Karenanya karakter yang harus dimiliki adalah harus bisa berteman. Keempat, bertanggung jawab. Inilah karakter yang menjadi taruhan seseorang dalam kehidupan sosialnya. Sebagai sikap ksatria, karakter bertanggung jawab mencerminkan kepribadian yang dapat diandalkan sekaligus membanggakan. Bukankah setiap perbuatan selalu dimintai pertanggungjawabannya? Tujuan PK Dalam berbagai kesempatan Mendiknas, M. Nuh menegaskan bahwa pendidikan karakter bagi peserta didik Indonesia bertujuan hendak menjadikan manusia Indonesia sebagai individu yang memiliki tiga elemen sekaligus di bawah ini. Pertama, sebagai makhluk Tuhan yang mengakui bahwa semua makhluk di hadapan Tuhan itu sama. Bahwasanya sesame makhluk Tuhan tidak ada yang lebih unggul dan lebih hebat dari yang lainnya. Jika setiap orang memiliki pikiran seperti ini, niscaya akan timbul rasa saling mengasihi antar sesama. Hidup pun menjadi rukun dan saling menghormati, toleran dengan perbedaan, dan suka tolong menolong. Kedua, sebagai manusia intelektual yang memiliki kepenasaranan untuk tahu (curiousity) terhadap berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, seseorang akan pintar dan cerdas karena selalu berusaha menambah ilmu dan keterampilannya. Pada gilirannya, iptek yang dikuasainya tersebut dapat dimanfaatkan bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan juga kemaslahatan orang lain bahkan warga dunia. Ketiga, sebgai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang cinta dan bangga pada tanah air. Cinta dicirikan oleh rasa memiliki yang kuat pada NKRI yang berasaskan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Bangga diindikasikan oleh raihan prestasi yang disumbangkan pada NKRI demi kejayaan bangsa dan negara. Dengan tiga tujuan utama ini, pendidikan karakter bersifat komprehensif yang hendak menjadikan setiap anak bangsa memiliki watak yang menjunjung tinggi nilai ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan. Lebih dari itu, watak ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan tidak dilakukan secara membabi buta melainkan dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena ketiga watak ini disertai dengan watak keilmuan (curiousity) Kearifan Lokal untuk Pendidikan Karakter Disadari atau tidak, sungguh amat banyak nilai-nilai tradisional yang hidup dalam masyarakat yang dapat dijadikan sebagai muatan pendidikan karakter. Nilai-nilai tradisi ini telah menjadi kearifan lokal yang walaupun berbeda-beda di antara suku-suku bangsa namun memiliki kesamaan yang sangat signifikan. Manakala nilai-nilai tradisional ini hendak disinkronkan dengan pendidikan karakter niscaya sangat sejalan dengan nilai inti dan tujuan pendidikan karakter. Tercatat dalam sejarah perjalanan bangsa kita, kepercayaan pada sesuatu yang supranatural menjadi bagian hidup dari kebanyakan suku bangsa. Sebelum Hindu sebagai agama yang pertama kali datang ke Indonesia, suku-suku bangsa di Tanah Air umumnya menganut animisme dan dinamisme. Mereka percaya bahwa di balik alam yang nyata itu ada kekuatan yang mengendalikan hidup mereka dan mereka memujanya. Lewat pemujaan itu mereka berharap kehidupan mereka, sanak familinya dan lingkungannya berjalan dengan baik. Atas dasar kepercayaan yang dianutnya mereka menata harmoni sosial mereka. Ketika agama-agama masuk mulai dari Hindu, Budha, Konghucu, Kristen, dan Islam, kepercayaan bangsa Indonesia kepada tuhan semakin berkembang. Sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya masing-masing, setiap pemeluk agama percaya bahwa hanya Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kuasa; sedangkan manusia harus tunduk dan patuh pada titahNya termasuk menghargai sesama dan melestarikan alam sekitar. Selanjutnya kepercayaan kepada Tuhan itu bukan saja menjadi landasan spiritual serta tuntutan dan tuntunan ritual para pemeluknya, melainkan pula menjadi sumber nilai dan norma sosial seperti kejujuran, tolong menolong, bertanggung jawab dan lain sebagainya. Seperti dimaklumi, salah satu pilar keimanan adalah percaya bahwa Tuhan maha melihat. Pilar inilah yang membuat pemeluk agama merasa harus selalu jujur. Pilar lainnya, setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hadapan Tuhan. Aspek inilah yang mendorong para pemeluk agama selalu mempertimbangkan setiap tindakannya: apakah sejalan dengan ajaran agama ataukah menyimpang. Sedangkan untuk sikap tolong menolong, setiap agama memerintahkannya minimal di anatara pemeluk agamanya masing-masing. Di samping nilai dan norma yang bersumber dari agama, di tengah masyarakat kita dalam suku-suku bangsa Indonesia juga ada dan masih hidup nilai-nilai dan norma sosial yang bersumber dari adat. Biasanya kearifan lokal yang bersumber dari adat ini berbentuk pepatah petitih yang mengajarkan kebaikan seperti ajakan untuk menambah pengetahuan, dorongan untuk kerja keras, nasihat dalam mengumpulkan kekayaan, unggah ungguh berbahasa, cara menghormati orang lain, hingga ajaran melestarikan alam sekitar. Secara turun temurun kearifan lokal yang bersumber dari adat istiadat itu, dan bersanding dengan kearifan lokal yang bersumber dari ajaran agama, masih terus diwariskan dan sesungguhnya masih hidup di tengah masyarakat kita. Karena itu, ketika pendidikan karakter didengungkan ulang maka sejatinya kearifan lokal itu dapat digunakan untuk memperkuat pendidikan karakter. Sebaliknya pendidikan karakter ini merevitalisasi kearifan lokal untuk dimanfaatkan dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena tokoh-tokoh pemangku kearifan lokal ini pada dasarnya masih banyak, dan pada umumnya terdidik, maka sangat terbukalah peluang mereka untuk menyandingkan pendidikan karakter dan kearifan lokal. Bilamana kita mampu menyandingkan dalam arti menunjukkan bahwa pendidikan karakter sejalan dengan nilai tradisi kita sendiri, maka efektivitas pendidikan karakter akan cepat terasa. Semoga.

ALGA ( Protista mirip tumbuhan )

Alga merupakan kelompok organisme yang bervariasi baik bentuk, ukuran, maupun komposisi senyawa kimianya. Alga ini ada berbentuk uniseluler (contoh chlorococcus sp), koloni (volvox sp), benang (filamen) (contoh spyrogyra sp) serta bercabang atau pipih (contoh ulva sp, sargasum sp dan Euchema sp). Ciri-ciri lainnya pada alga adalah, alga ini tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Tubuh seperti ini dinamakan talus. Itulah sebabnya alga tidak dapat digolongkan sebagai tumbuhan (plantae). Di dalam sel alga terdapat berbagai plastida yaitu organel sel yang mengandung zat warna (pigmen). Plastida yang terdapat pada alga terutama kloroplas mengandung pigmen klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Sehingga alga bersifat autrotof karena dapat menyusun sendiri makanannya berupa zat organik dan zat-zat anorganik. Pigmen lain yang terdapat di dalam sel-sel alga adalah: Fikosianin = warna biru; Xantofil = warna kuning; Karoten = warna keemasan; Fikosantin = warna pirang; Fikoeritrin = warna merah. Pengelompokan alga berdasarkan pigmentasi sebagai berikut: 1. Chlorophyta (alga hijau) Alga ini merupakan kelompok alga yang paling beragam karena ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. Pigmen yang dimilikinya adalah klorofil yang mengandung karoten. Banyak terdapat di danau, kolam tetapi sebagian ada juga yang hidup di laut. Beberapa contoh alga hijau yang sering Anda jumpai di kolam sekitarmu antara lain: a. Chlorophyta bersel tunggal tidak bergerak 1. Chlorella Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar. Ukuran tubuh mikroskopis, bentuk bulat, berkembangbiak dengan pembelahan sel. Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam industri obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan “Sun Chlorella”. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di Pasuruan) 2. Chlorococcum Tubuh bersel satu, tempat hidup air tawar, bentuk bulat telur, setiap sel memiliki satu kloroplas bentuk mangkuk. Reproduksi dengan membentuk zoospora (secara aseksual) b. Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak 1. Chlamidomonas Bentuk sel bulat telur, memiliki 2 flagel sebagai alat gerak, terdapat 1 vacuola, satu nukleus dan kloroplas. Pada kloroplas yang bentuknya seperti mangkuk terdapat stigma (bintik mata) dan pirenoid sebagai tempat pembentukan zat tepung. Reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora dan reproduksi seksual dengan konjugasi (perhatikan gambar berikut ini). Gambar 9. a. Bentuk sel Chlamydomonas b. Daur hidup Chlamydomonas c. Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak Contoh: Hydrodictyon Hydrodictyon banyak ditemukan di dalam air tawar dan koloninya berbentuk seperti jala. Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi. Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk koloni baru. Sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi. d. Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak Contoh: Volvox Volvox ditemukan di air tawar, koloni berbentuk bola jumlah antara 500 - 5000 buah. Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan konjugasi sel-sel gamet. Gambar 10. Konjugasi sel gamet Volvox e. Chlorophyta berbentuk benang Contoh: 1. Spyrogyra Ganggang ini didapatkan di sekitar kita yaitu di perairan. Bentuk tubuh seperti benang, dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi. Adapun langkah-langkah konjugasi antara lain Dua benang saling berdekatan, sel yang berdekatan saling membentuk tonjolan. Ujung kedua tonjolan yang bersentuhan saling melebur membentuk saluran konjugasi. Lewat saluran itu terjadilah aliran protoplasma dari satu sel ke sel yang lain. Kedua plasma melebur, disebut peristiwa plasmogami dan segera diikuti oleh peleburan inti yang disebut kariogami. Hasil peleburan membentuk zigospora diploid. Zigospora mengalami meiosis dan ditempat yang sesuai berkembang menjadi benang Spirogyra baru yang haploid. Gambar 11. Konjugasi pada Spirogyta 2. Oedogonium Ganggang ini berbentuk benang, ditemukan di air tawar dan melekat di dasar perairan. Reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah zoospora yang berflagela banyak. Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk alat kelamin jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan (spermatozoid). Pada benang yang lain membentuk alat kelamin betina yang disebut Oogonium. Oogonium akan menghasilkan gamet betina (ovum). Sperma tozoid membuahi ovum dan terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh membentuk individu f. Chlorophyta berbentuk lembaran Contoh: 1. Ulva Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, bentuk seperti lembaran daun. Berkembangbiak secara vegetatif dengan menghasilkan spora dan spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n), Ulva haploid disebut gametofit haploid. Kemudian secara generatif menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Pertemuan gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan zigot (Z2n). Zigot berkembang menjadi Ulva yang diploid disebut sporofit. Selanjutnya sporofit membentuk spora yang haploid setelah mengalami meiosis. Selanjutnya mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid (perhatikan gambar di bawah). Gambar 12. Siklus hidup Ulva 2. Chara Chara hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan. Bentuk talus seperti tumbuhan tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan bercabang-cabang, berukuran kecil. Pada ruasnya terdapat nukula dan globula. Di dalam nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan ovum. Di dalam globula terdapat anteridium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid akan membuahi ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel. Pada reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi. Gambar 13. Chara Bagaimana? Anda sudah paham dengan penjelasan yang telah disampaikan. Cobalah untuk membaca kembali materi yang kurang Anda pahami. Untuk mengukur tingkat pemahaman Anda coba jawab dulu pertanyaan berikut: 1. Sebutkan pengelompokkan alga berdasarkan pigmen yang dimilikinya! 2. Sebutkan pembagian Chlorophyta atas dasar cara hidupnya. 3. Bagaimanakah siklus hidup Spirogyra 4. Apakah bedanya Ulva dan Chara Selanjutnya kita pelajari kelompok alga berikutnya yaitu: phaeophyta ( alga coklat ) Bentuk tubuh alga ini seperti tumbuhan tinggi. Hidup di air laut, terdampar di pantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat (semacam akar = hold fast). Berwarna kecoklatan karena memiliki pigmen yang dominan fikosantin selain klorofil, karoten dan xantofil. Contohnya : Sargassum, Macrocystis, Ectocarpus, dan Fucus. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, reproduksi generatif dengan membentuk alat kelamin yang disebut konseptakel jantan dan konseptakel betina. Di dalam konseptakel jantan terdapat Anteridium dan di dalam konseptakel betina terdapat oogonium yang menghasilkan ovum. Spermatozoid membuahi ovum yang menghasilkan zigot. Rhodophyta ( alga merah ) Ganggang ini hidup di laut, bentuk tubuh seperti rumput sehingga disebut dengan rumput laut. Tubuh bersel banyak bentuk seperti lembaran. Warna merah karena mengandung pigmen fikoeritrin. Reproduksi seksual dengan peleburan antara spermatozoid dan ovum menghasilkan zigot. Zigot tumbuh menjadi ganggang merah. Contoh: Euchemma spinosum, Gelidium, Rhodymenia dan Scinata. Euchemma spinosum merupakan penghasil agar-agar di daerah dingin. Ganggang merah mempunyai pigmen yang disebut fikobilin yang terdiri dari fokoeritrin (merah) dan fikosianin (biru). Hal ini memungkinkan ganggang yang hidup di bawah permukaan laut menyerap gelombang cahaya yang tidak dapat diserap oleh klorofil. Kemudian pigmen ganggang ini menyampaikan energi matahari ke molekul klorofil. Chrysophyta ( ganggang keemasan ) Ganggang keemasan (chrysophyta) merupakan alga yang hidup di air tawar dan ada yang hidup di air laut. Tubuh ada yang bersel satu dan ada yang bersel banyak. Alga ini digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu: a. Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae) b. Kelas alga keemasan (Chrysophyceae) c. Kelas Diatom (Bacillariophyceae) Berdasarkan pembagian di atas marilah kita uraikan satu persatu. a. Kelas alga Hijau-Kuning Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria. Vaucheria tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat. Filamen mempunyai banyak inti dan disebut Coenocytic. Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi peleburan spermatozoid yang dihasilkan anteridium dengan ovum yang dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen baru. Gambar 14. Vaucheria b. Kelas Alga Coklat-Keemasan (Chrysophyceae) Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura. c. Kelas Diatom (Bacillariophyceae) Diatom banyak ditemukan dipermukaan tanah basah misal, sawah, got atau parit. Tanah yang mengandung diatom berwarna kuning keemasan. Tubuh ada yang uniseluler dan koloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca). Reproduksi secara aseksual yaitu dengan cara membelah diri. Contohnya: Navicula, Pannularia dan Cyclotella. Gambar 15. Bermacam-macam bentuk kerangka Diatom Alga Api ( Pyrrhophyta ) Alga yang termasuk alga api ini disebut Dino Flagellata, tubuh tersusun atas satu sel memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif. Ciri yang utama bahwa di sebelah luar terdapat celah dan alur, masing-masing mengandung satu flagel. Alga api berkembangbiak dengan membelah diri, kebanyakan hidup di laut dan sebagian kecil hidup di air tawar. Contohnya adalah Perodinium. Alga api yang hidup di laut memiliki sifat fosforesensi yaitu memiliki fosfor yang memancarkan cahaya. Euglenophyta Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidak berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat bergerak bebas. Mirip tumbuhan karena memiliki klorofil dan mampu berfotosintesis. Hidup di air tawar, dalam tanah dan tempat lembab, contohnya: Euglena. Euglena terdapat di air tawar, misal di sawah. Bentuk tubuh sel oval memanjang, pada mulut sel terdapat cambuk atau flagel dan digunakan untuk bergerak. Dekat mulut terdapat bintik mata (stigma) yang gunanya untuk membedakan gelap dan terang. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir kloroplas yang berisi klorofil. Oleh karena itu Euglena berwarna hijau. Contohnya Euglena viridis, Euglena dapat membuat makanan sendiri dengan cara fotosintesis dan juga dapat memakan zat-zat organik. Karena Euglena mampu melakukan fotosintesis maka dikatakan hidup secara fotoautotrof. Di samping itu dikatakan juga sebagai heterotrof karena memakan bahan organik yang tersedia. Cara berkembang biak yaitu dengan membelah diri yang disebut pembelahan biner. Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1.jelaskan alasan tubuh Alga disebut talus? 2.Apakah dasar penggolongan Alga? Sebutkan penggolongannya? 3.Apakah fungsi plastida dan pigmen? 4.Jelaskan manfaat Chlorella! 5.Sebutkan Alga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia? 6.Apakah persamaan jamur lendir dengan ciri-ciri kelompok jamur sejati? Mengapa jamur lendir digolongkan protista? Jelaskan! KUNCI JAWABAN UJI KOMPETENSI 1 1.Anggota Protista yang dapat dikategorikan kelompok hewan karena memiliki flagel dan kelompok tumbuhan karena mempunyai klorofil untuk fotosintesis. Fillum = Euglenophyta, Contoh: Euglena viridis 2.Air sawah, tempat lembab, kolam dan air kubangan 3. 1. Entamoeba coli : membantu pencernaan dalam pembentukan vitamin K. 2. Foraminifera : cangkang yang menjadi fosil dapat dijadikan petunjuk minyak bumi. 4. Protista : sebagian besar adalah eukariotik Monera : Prokariotik, berinti sel tapi tidak mempunyai membran inti. 5.Karena memiliki alat gerak sehingga dapat bergerak dan memiliki klorofil untuk fotosintesis. 6.Plasmodium malaria = menyebabkan malaria Quartana 7.Protozoa yang tidak mempunyai alat gerak : sporozoa 8.Alat gerak Amoeba adalah Pseudopodia atau kaki semu UJI KOMPETENSI 2 1.Karena sudah memiliki akar, batang dan daun semu (bukan sebenarnya) 2.Atas dasar pigmen yang dimilikinya: a. Chlorophyta b. Phaeophyta c. Phyrophyta d. Rhodophyta e. Chrysophyta f. Euglenophyta 3.Fungsi Plastida: organel sel ang mengandung zat warna pada alga Pigmen : memberi zat warna (misal: klorofil, xantofil, karoten, fikoerithrin, xanthofil) 4.Manfaat Chlorella: digunakan untuk suplemen makanan (sumber makanan baru) 5.a. Alga merah : agar, kosmetik b. Diatom : untuk bahan isolasi c. Chlorella : sumber makanan baru 6.Persamaan jamur lendir dengan fungi: - Reproduksi secara generatif sama dengan fungi - Sporangium yang di bentuk sama dengan sporangium fungi Digolongkan protista karena tubuh uniseluler cara reproduksi vegetatif berbeda dengan kelompok fungi. DAFTAR ISTILAH - Epiteka = tutup sel pada diatom - Shizogoni = fase dalam daur hidup Plasmodium saat membentuk gamet, terjadi di tubuh manusia merupakan fase aseksual. - Fertilisasi = peleburan sel sperma dan ovum - Globula = tempat anteridium pada Chara - Haploid = sel yang memiliki n kromosom - Hipoteka = kotal sel pada diatom - Konjugasi = dua sel saling menempel untuk mengadakan peleburan isi sel. - Konseptakel = tempat anteridium atau arkegonium pada Fucus. - Nukula = tempat arkegonium pada Chara - Pirenoid = rongga tempat penyimpanan amilum - Plasmodium = 1) Nama genus parasit penyebab malaria 2) tahap vegetatif jamur lendir - Singami = (dibaca sin, gami) peleburan dua gamet disebut pula fertilisasi - Sporozoit = sel pipih Plasmodium, hasil pembentukan spora di dalam oosit. - Talus = tubuh alga yang tidak berakar, batang dan daun sejati. - Vakuola Kontraktif (Vakuola berdenyut) = rongga pada Paramecium berfungsi untuk mengeluarkan sisa makanan cair dengan berkontraksi/berdenyut - Vakuola makanan = rongga pada Paramecium yang berfungsi untuk mencerna makanan sambil beredar ke seluruh sel. - Zigospora = spora hasil perkembangbiakan seksual, spora istirahat berdinding tebal. - Zoospora = spora kembara, bergerak aktif karena memiliki flagel.