Minggu, 27 November 2011

PENILAIAN KELAS DAN PENGAJARAN BAHASA (Oleh : Yayuk Hapsari dan Sri Julianti)

Avatar Rawipuspa Posted Jum, 25/11/2011 - 02:05 by Rawipuspa (Diterjemahkan dari jurnal asli Classroom assessment and the language of teaching ) Pendahuluan Telah kita ketahui bahwa kecenderungan dari penilaian kelas dan pengajaran bahasa yang membahas hubungan penilaian belajar-mengajar adalah untuk meminimalkan permasalahan isu-isu secara teori dan menyederhanakan kesulitan-kesulitan dalam praktiknya. Salah satu alasan penting dalam kerumitan dari penilaian kelas adalah tidak ada pemisahan antara konteks sosial dengan pendidikan dimana secara langsung terjadi transaksi yang tak hanya dipengaruhi oleh keadaan, tetapi juga oleh harapan dan pemahaman yang terbentuk lebih jauh dan lebih terjamin. Di bab ini dimulai dengan eksplorasi secara terperinci dari penilaian kelas itu sendiri dengan mempertimbangkan bahasa yang dipakai dan hubungannya dengan kegiatan mikro-sosiologi di kelas. Di sini kami tunjukkan kerumitan yang dinamis dari rutinitas penilaian kelas, pada kelas besar maupun kecil, sebelum dilanjutkan ke bab yang menanyakan hubungan antara penilaian kelas dengan sosialisasi siswa, dan akibat yang ditimbulkan dari penilaian pembelajaran. Kita juga telah mengetahui bahwa diskusi kelas lebih terstruktur dari jenis diskusi yang lain, dengan menggabungkan 3 bagian dasar dari pembukaan (oleh guru), respon (dari siswa), evaluasi/timbal balik (oleh guru) (Sinclair dan Coulthard 1975). Pola ini membolehkan guru mengontrol percakapannya, yang tak hanya bertanya, tetapi juga membolehkan bagian yang ketiga apabila responnya tak seperti yang diharapkan. Sinclair dan Coulthard memfokuskan pada kebahasaan guru daripada siswa, sejak siswa hanya berkewajiban untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas (Sinclair 1982:6) dan sejak apa yang dilakukan siswa terkontrol dan terstruktur oleh kegiatan guru. Ketertarikan Sinclair dan Coulthard pada hal tersebut berasal dari minat mereka akan kebahasaan secara terstruktur. Bagaimanapun juga, pekerjaan mereka cepat dikembangkan oleh peneliti-peneliti pendidikan, bagaimana siswa memahami proses pembelajaran di dalam kelas sebagai kunci dari penilaian kelas dan pengajaran bahasa dalam interaksi kelas (contohnya Mehan 1979; Edwards dan Mercer 1987). Pembelajaran bahasa dari setiap kelas yang berbeda mengakibatkan berkembangnya permasalahan yang berbeda pula, tetapi sepertinya disetujui bahwa bila perspektif siswa dipertimbangkan, gambaran tentang kerumitan tersebut muncul. Tepatnya, perkiraan-perkiraan tersebut di atas menentukan kebijakan penilaian, yang membuat guru dapat lebih mudah menafsirkan kelakuan siswa dan menanyakannya secara jelas sebagai data yang akan ditunjukkan. Permasalahan utama dari kebahasaan di kelas mencakup bentuk dan isi dari kondisi kelas, seperti yang dikatakan Bruner (1986:131) yang menggambarkannya dalam dua muka bentuk kebahasaan. Guru dan siswa (khususnya) harus dapat mencapai kompetensi keduanya. Peserta di dalam kelas harus memahami peran dalam berhubungan satu sama lain ( siapa yang diijinkan berbicara, dimana dan kapan) dan fungsinya dimana bahasa secara berkesinambungan menciptakan dan menciptakan ulang aturan-aturan dan harapan-harapan, sebaik penguraian dan respon pada isi yang lebih spesifik dari semua sesi tanya-jawab. Dan sebagai pengulangan dari penelitian sebelumnya di bab 2 menunjukkan kemungkinan banyaknya dan beragamnya kesalahan dalam penafsiran sesuatu. Menilai pembelajaran kelas secara keseluruhan Data kami mengkonfirmasi ekstensitas dari kerumitan dan kesempatan pada kesalahpahaman yang terjadi secara langsung dalam penilaian kelas. Pada percakapan berikut dari siswa tahun kedua (seluruh kelas ) saat pelajaran matematika, contohnya, guru sedang membetulkan latihan pada puluhan dan unit sebelum menambah latihan dengan memperkenalkan dengan memperkenalkan konsep pembulatan pada angka terdekat yang sesuai. Kutipan tersebut menunjukkan cara dimana pertanyaan-pertanyaan sering ditanyakan perorangan, tetapi dalam arti mengajar di kelas, contohnya pertanyaan-pertanyaan yang tidak sederhana yang ditanyakan secara langsung, tetapi dengan tujuan memberikan latihan lanjutan dan meneruskan pelajaran di kelas. Secara langsung apa yang baru saja terjadi memperlihatkan terjadinya kesalahpahaman secara kebahasaan yang memicu penilaian yang salah dari pemahaman siswa. Dalam contoh barusan, siswa-siswa didudukan di lantai secara berkelompok dalam satu sudut di kelas, menghadap papan tulis putih dimana guru sedang menulis angka-angka. Seperti tercantum dalam pendahuluan, percakapan berikut ditampilkan dalam dua kolom: bagian sebelah kiri menggambarkan interaksinya antara guru dan siswa, bagian sebelah kanan berisi komentar akan kejadian yang berlangsung – analisa tahap pertama. Digunakan nama – nama samaran pada percakapan di bab berikut ini. T mengambil pulpen dan mulai menulis angka 20, 40, 60, 80 secara terpisah di papan tulis T- di sini ada Sekitar 3 anak mengangkat tangan. T menghadap ke mereka. 46. Menilai secara formatif T- saya ingin tahu-apakah kamu tahu maksud dari deretan 4 angka tersebut- jika tahu tolong angkat tangan dan beri tahu saya 11:41 Kebanyakan siswa mengangkat tangan. T- OK, saya ingin tahu, siapa? Becky T Yang tahu keempat deretan angka-Becky Dua puluh/empat puluh/enam puluh/delapan puluh OK- bagus-turunkan tangan kalian, kita sudah dapat jawabannya Pertanyaan berikutnya adalah- beritahu saya ada berapa puluhan- pada semua angka tersebut- Kira-kira separuh kelas mengangkat tangan T- Martin Martin menghadap T T – saya mau semuanya Sebagian siswa menurunkan tangannya, sebagian tetap mengangkat tangan Martin - dua T – angka yang mana M – semuanya- dua/dua/dua Di tahap ini hanya beberapa yang mengangkat tangan T – bukan- jadi maksudmu ada dua yang bernilai puluhan di sini T menghadap ke papan tulis dan menunjuk angka 20. Para siswa segera mengangkat tangan mereka hingga sekitar separuh kelas berlomba untuk menjawab M – mm Martin mengangguk-angguk T – dan dua puluhan di angka T menunjuk angka 40 M – mm Martin memposisikan kepalanya di satu sisi T – berapa puluhan di angka tersebut M T Martin – berapa banyak > puluhan < > empat <= = benar, berapa nilai puluhannya di angka enam puluh= T menunjuk angka 60 M = enam T – berapa nilai puluhan di angka T menunjuk angka 80 M – delapan = T ingin menyakinkan bahwa satu kelas paham mengenai angka-angka tersebut dan menetapkan bagian yang penting di akhir pelajaran. T memilih siswa terlemah; jika jawabannya benar maka t yakin bahwa satu kelas memahami materi yang telah diberikan sehingga pelajaran dapat dilanjutkan. Ok - bagus, bagian pertama IRF telah tercapai. T menggambarkan secara verbal interaksi yang pertama, dasarnya telah terbentuk. T melanjutkan ke pembahasan yang sebenarnya- puluhan dan satuan T menunjuk Martin karena sepertinya martin tidak memperhatikan. Lagipula, Martin merupakan barometer siswa di kelas di banding Becky- jika martin paham, t yakin seluruh siswa juga paham, jika tidak, beberapa petunjuk akan diubah. Responnya tak begitu memuaskan sehingga T memperpanjang waktu pelajarannya. Mengapa martin menjawab dua? Apakah dia memang tak paham tentang puluhan dan satuan? Apakah dia panik karena ditunjuk langsung-sehingga lebih baik asal menjawab daripada tak menjawab sama sekali? Dia telah diingatkan bahwa jawaban yang benar mengacu ke empat angka tersebut, tetapi untuk alasan apapun jawabannya tidak menggambarkan sama sekali; jadi T memberinya latihan di angka berikutnya. Dengan intonasi rendah, mengatakan bahwa Martin tak begitu percaya diri dengan jawabannya. Kemudian, memfokuskan pada pertanyaannya membantu jawaban Martin sehingga dia kelihatan lebih mengerti sesuai dengan harapan T. Benar - menunjukkan kesempurnaan, sehingga dapat berlanjut ke sesi IRF berikutnya. Dari ritme tersebut, T beranggapan bahwa siswa memahami latihan yang diberikan dan memberikan respon yang tepat, timbal baliknya tak perlu terlalu kelihatan. 47. Penilaian kelas dan pengajaran bahasa Meskipun beberapa siswa telah menurunkan tangannya dapat disimpulkan bahwa mereka telah paham mengenai angka-angka tersebut. Para siswa menghadap ke papan tulis dan ke T. T = sadarkah kalian ketika menyebutkan angka delapan- di angka delapan tersebut T menunjuk angka 8 pada angka 80 T- dan ketika kalian meyebutkan angka enam di angka enam tersebut T menunjuk angka 6 dia angka 60 T- sadarkah kalian saat menyebutkan angka 4 di angka 40 T menunjuk angka 4 di angka 40 Martin > ya < beberapa detik berikutnya T - angka pertama memberitahumu berapa nilai puluhannya, jadi saya letakkan huruf t di depan puluhannya T menghadap ke papan tulis dan menulis huruf t di antara angka 8 dan 80. Dia menghadap para siswa kembali. Semua tangan telah turun kecuali Hannah T- delapan puluh memiliki delapan puluhan kelas- delapan puluhan T - kembali menghadap papan tulis dan menuliskan huruf t di antara angka 6 dan 60. T- enam puluh>memiliki enam puluhan< kelas-enam puluhan T menuliskan huruf T di antara angka 4 dan 40 kelas-angka 40 memiliki 4 puluhan T - menghadap siswa T = sshhh-betul,lalu-berapa jumlah satuannya Faye mengangkat tangan dan segera diikuti oleh siswa lainnya. T berbalik dan menunjuk angka 20 T - di angka ini - ada berapa jumlahnya Faye F = tak ada Kebanyakkan menurunkan tangan sementara yang lain bertahan T = tak ada-tak ada jumlahnya-Alice Kelas-tak ada Alice-tak ada Pada pertanyaan berikutnya cukup dilakukan hanya untuk mengkonfirmasi kebenaran jawaban saat itulah memakai kata penghubung dengan bahasa tubuh dan intonasi yang sesuai. Bagaimanapun juga, terlihat bahwa martin hanya menyebut ulang puluhan di angka 60, delapan puluhan di angka 80- dibandingkan menjawab apa yang tertulis di papan tulis, jadi dia hanya mengulang apa yang sudah diucapkan. Lebih jauh gambaran tersebut terlihat di keseluruhan kelas. Kata benar kemudian menunjukkan suatu kemajuan yang mendekati topik materi. IRF dimulai dengan pertanyaan ada berapa unit di angka....pertanyaan tersebut ditujukan secara individu tetapi merupakan bagian pertanyaan untuk keseluruhan siswa sebagai strategi mengajar. Responnya terjadi secara langsung dan tepat. Bagaimanapun juga, setelah maju ke pembahasan berikutnya, guru secara langsung merespon dengan memberikan timbal balik sebelum mengujinya ke siswa yang lain. 48. Menguji penilaian formatif Inti dari percakapan berikut, secara jelas menunjukkan cara siswa dalam menjawab pertanyaan dengan jalan mengumpulkan data meskipun mereka tak tahu jawabannya. Jawabannya sendiri merupakan bagian dari pengajaran secara keseluruhan - yang secara berkesinambungan mengontrol kebahasaan guru-dalam bertanya selalu menempatkan penanya di posisi yang kuat-dan melanjutkan pelajaran secara tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru. Guru kemudian melanjutkan ke pembahasan berikutnya ‘pembulatan’. T - OK itu pertanyaan pertama- sekarang saya akan menulis angka yang berbeda dan saya ingin kalian memperhatikan saya akan menulis angka yang berbeda-sekarang - di sini - OK T mulai menulis angka puluhan secara acak. Para siswa mulai mengangkat tangan. C (saya bisa) Siswa bergumam. T meilhat dari pundaknya... 11:43 T - ssshh- tolong perhatikan saja OK Siswa terdiam (T melanjutkan menulis) dan menghadap siswa T - baik, sekarang kita akan membulatkan-saya akan menuliskan di papan tulis-kita akan mulai T menuliskan kata pembulatan dalam huruf besar di atas angka-angka yang acak. Lalu kembali menghadap kelas. 11:44 Saya akan jelaskan-pembulatan - ada empat angka di sini-dua puluh-empat puluh-enam puluh-delapan puluh. T kembali mengahadap papan tulis dan melingkari angka-angka tersebut. T - saya akan memilih dari angka-angka ini-saya pilih angka berikut Kata OK- mendekati pemberitahuan, tetapi tidak menunjukkan bahwa pelajaran akan dilanjutkan ke pembahasan berikutnya. Kata OK - lebih menekankan pada cara bertanya, tetapi tentu saja guru tidak menanyakan persetujuan siswa, ini adalah perintah untuk diam/tenang. Sekali lagi, kata OK bukan bertanya tetapi memerintahkan. Kata OK sekarang-menunjukkan bahwa tema selanjutnya bisa dimulai. T menunjuk angka 37 yang terletak dekat dengan angka 80. Kembali menghadap kelas. Tidak mungkin guru bertanya seperti dalam ujian dan secara terbuka melihat dan merekam respon mereka. Bagaimanapun juga, guru dapat menilai mana siswa yang menunjukkan kemajuan, mana yang tidak, mana yang hanya mengulangi jawaban yang benar, dan mana yang berusaha menjawab dengan benar. Inilah yang disebut kenyataan harian dari penilaian guru. Yang juga merupakan permasalahan di keseluruhan kelas dimana apabila hanya memfokuskan pada satu siswa maka akan membuang waktu siswa lainnya (Wong 1995). Hal ini mungkin akan memicu penilaian dalam pemahaman siswa dan hasil yang didapat. Pertanyaan-pertanyaan ambigu dalam kelompok kecil. Kenyataannya, penilaian terperinci pada tiap siswa sudah direncanakan dan dapat diterapkan pada kegiatan kelompok kecil. Bagaimanapun juga, besar kecilnya kelompok bukanlah permasalahan dalam kebahasaan. Pada percakapan berikut guru akan memperkenalkan ambiguitas dalam mengajar dan menilai tiga siswa yang berbeda. Guru akan memakai cerita berjudul tiga beruang dengan memakai tiga boneka beruang untuk memperkenalkan pembahasan tentang hitungan dan pengenalan angka, dengan memakai angka 1,2,3. T - angka berapa.... T menunjuk angka 1 kelas-satu T- angka satu T menunjuk angka berikutnya sambil bercerita tentang tiga beruang dan melanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sepertinya ditujukan untuk siswa secara umum dan mengenalkan simbol untuk angka dibandingkan menghitung tiga beruang tersebut. Tidak ada inti dari pembelajaran tersebut. T- angka berapa yang itu Simon-umm T melihat Seb dan meletakkan jari di depan mulutnya ketika simon berkata umm T - tahukah kamu Simon-umm tiga T - tiga? T melihat Seb T- angka berapa menurutmu Seb Seb-umm dua T - dua T melihat Simon T - angka dua T melihat Seb T- jadi angka dua T menutup buku cerita tiga beruang. T menghadap Simon T- angka berapa itu simon Simon - er...empat T - ini tiga Simon-tiga T-yang itu tiga Jimmy-dia tidak tahu semua angkanya T - maaf jimmy-bisa diulang kembali - saya tak begitu dengar Jimmy - dia tak tahu semua angkanya T - dia tak tahu semua angkanya...yah...kita bisa bantu kan Guru mengenalkan angka satu secara langsung dengan menunjuk angka satu. Jawaban yang diharapkan diucapkan langsung dan Simon menjawab satu, meskipun tak memperdulikan atau mengacuhkan guru. Hal ini terpengaruh akan buku tiga beruang. Guru membetulkan kesalahan Simon dan berasumsi bahwa Simon tak dapat mengenali angka dua dan tiga. Angka dua - bukan dua beruang - tetapi tulisan angka dua.yang mungkin membuat Seb dan Simon bertanya- dua apa? Ini bukan lagi memperlihatkan kegiatan kebahasaan kelas dimana pemakaian buku menggantikan pembahasan tentang angka. Guru beranggapan bahwa simon susah membedakan angka satu dan tiga. Kebingungan tersebut menjadi satu. Kesalahannya terlihat pada kata- semua angka-. Kenapa guru menggabungkan semua kesalahan tersebut dan meminta Jimmy mengulangi komentarnya? Betulkah guru tidak mendengar, ataukah ini merupakan contoh pertanyaan dimana kelihatannya Simon memang perlu dibantu. Lebih jauh tanya jawab berikut, Simon menunjukkan bahwa dia mengenali angka-angka selanjutnya, dia dapat menghitung walaupun tak jelas. Guru menulis. Pintu berderit kembali. Seb, Jimmy dan guru melihat ke pintu. Simon-berapa yang kita punya sekarang-satu dua tiga empat lima-itu saja Simon berbalik dan melihat keseluruh kelas. Dia menunjuk satu per satu. Satu orang meninggalkan kelas. tersisa lima orang. Dalam konteks sebenarnya, dia dapat menghitung antara satu sampai lima. Jadi, kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dan ambiguitas terjadi pada siswa di kelas kecil. Kemungkinan penilaian aslinya juga terlihat, seperti contoh Simon di atas, tetapi untuk menunjukkannya dibutuhkan ketajaman pengetahuan guru dan kemungkinan yang berbeda dari kelas kecil yang menjadi fokus dari target kurikulum nasional. Kami tidak bermaksud untuk mengkritik guru - tetapi diperlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam mengajar dan melakukan penilaian kelas. T - angka tersebut terdiri atas tiga puluhan dan tujuh satuan-tiga puluh tujuh-angka ini mendekati angka berapa Beberapa mengangkat tangan T - lihat angka 37 - ini mendekati angka 20 atau empat puluh-mana yang mendekati-Ellen di tahap ini kebanyakan siswa mengangkat tangan;banyak yang menurunkan tangan ketika Ellen ditunjuk. e-erm 80 T - jadi menurutmu angka 37 lebih dekat ke angka 80 – OK -bagaimana menurutmu Alice Ellen menutup wajahnya a-erm 40 Lebih banyak anak mulai mengangkat tangan T - 40, bagaimana menurutmu rachel r -20 T - menurutmu lebih dekat ke 20 - Charles? Ch-40 T - 40, tim? T - 40 T - 40, kate? K - 60 T - 60, Elspeth? e-40 T - 40, Christina? Ca - 60 T - 60,miles? m-40 Ellen sepertinya mengartikan kata mendekati sebagai kelanjutan akan angka berikutnya, dibandingkan membulatkannya. Lebih jauh guru menjawab secara netral (ok) tetapi secara tiba-tiba mengulangi pertanyaan yang sama ke anak yang lain untuk membenarkan jawaban. Guru merasa puas akan respon yang didapat, tetapi tak menjawab pertanyaan. Pengulangan yang dilakukan mengimplikasikan bahwa kemungkinan jawaban lain. Rachel mungkin berpikir menjawab angka 20 benar, karena dia terpengaruh bahwa menjawab 40 salah. Dengan mengulangi pertanyaan guru mencoba memperkuat jawaban yang benar, hal ini dilakukan daripada langsung mengatakan bahwa jawaban Ellen salah. Apakah guru mencoba berbaik hati dengan Ellen? Ataukah dia mencoba menyeimbangkan siswa yang menjawab benar dan salah? Apapun maksud guru, yang jelas telah membingungkan siswa, walaupun beberapa siswa telah menjawab 40, guru terus menanyakan hal yang sama-sehingga membuat yang menjawab 40 salah. Hal inilah yang membuat Kate, Christina dan Rachel mengira jawaban 40 benar tetapi karena tak ditetapkan sehingga kemungkinan jawaban lain yang benar. Guru mulai meneliti pendapat kelas dengan meminta mereka untuk memilih (dengan mengangkat tangan) untuk pertanyaan angka berapa yang mendekati angka 37 ; guru lalu mencoba untuk menetapkan jawaban dengan cara mengukur dan meminta siswa untuk menghitung jarak antara angka 20 ke 37, 37 ke 40 dan seterusnya. Di tahap ini secara tersirat mengajarkan kepada siswa konsep pembulatan itu sendiri. Bagaimanapun juga, kesalahpahaman yang betul-betul terjadi pada Ellen tak terlihat. Keseluruhan bentuk-bentuk pertanyaan di atas menunjukkan terjadinya proses yang disebut pengajaran keseluruhan kelas. Untuk mengulangi, pertanyaan guru dan respon siswa akan selalu menyajikan tujuan-tujuan yang berbeda dan memperkuat fungsi-fungsi di saat yang sama. Pastinya, secara pasti siswa dapat menginterpretasikan pertanyaan guru dan menyimpulkan jawaban yang masuk akal sebagai bagian dari interaksi. Tidak berati bahwa menilai secara formatif lebih susah dibandingkan penerapannya. Permainan menebak Untuk menyelidiki dan menganalisa lebih jauh kita lihat pada data terlebih dahulu. Faktor yang pentimh pada kejadian berikut ini terdapat pada konsentrasi guru dalam menilai kemapuan dan pemahaman siswa, dibandingkan dalam mengajarkan sesuatu. Apapun alasannya, dapat mencegahnya dalam menerapkan perintah langsung jika diperlukan. Dari perspektif guru, terlihat bahwa guru memberikan kesempatan siswa untuk menunjukkan pengetahuannya. Avis green mengajar di kelas campuran. Dia telah mengajar di sekolah kecil yang sama selama tahunan-jadi pengertian kecil disinikelas yang dibuat secara vertikal dengan menggabungkan usia. –Percakapan berikut melibatkan satu guru dan tiga siswa- dua perempuan dan satu laki-laki. Kegiatannya melibatkan penerapan tes secara ilmiah untuk melihat cara yang berbeda dari dua kertas yang sama ketika salah satunya dirobek dan yang satunya diremas menjadi bola. Bagaimana dan mengapa bisa terjadi? Saya tertarik untuk menyelidikinya. Bagaimana mereka menggmbarkan perubahan tersebut dan akibat dari perubahan bentuk sehingga memberikan pergerakan yang berbeda...ide pokok kegiatan ini adalah pengenalan akan tes yang adil dan tidak. Dalam latihan ini siswa telah dibagi dalam grup yang pandai.. avis menyadari bahwa hal ini lebih efektif ketimbang mencampur siswa dimana mereka hanya akan berbicara satu sama lain.kelompok siswa yang akan ditunjukkan percakapannya di bawah ini adalah siswa-siswa yang lumayan pandai. Dari kelompok ini, avis tidak mengharapkan pemahaman mereka, tetapi dia lebih mengharapkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan latihan yang diberikan, seperti yang tercantum dalam penilaian guru kurikulum nasional mata pelajaran IPA. Lebih jauh, kita mencatat bahwa avis tak begitu yakin dengan aspek mengajar dalam kurikulum nasional pelajaran IPA, sehingga mendaftarkan dirinya untuk mengikuti kursus mengajar sekolah dasar IPA untuk membuktikan pengetahuannya akan IPA. Kelas sudah dibentuk untuk menyelesaikan tugas dan para asisten pengajar telah ditentukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Terdapat lantai mezzanine di area ini (diatas tangga) Guru duduk di kursi menghadap siswa. Dia memiliki beberapa lembar kertas A4 berwarna kuning yang sedang dihitungnya.dia telah memberikan dua lembar masing-masing kepada carrie dan robert.tiga anak duduk bersila di lantai menghadap guru. 10:22 T - saya akan bertanya jikalau kalian bisa memberitahu saya tentang kertas-kertas ini guru memberikan dua lembar kertas kepada gillie.carrie dan robert memindahkan kertas mereka. Ini adalah bentuk pertanyaan pembuka, untuk menunjukkan berapa jumlah kertas yang ada. Mereka sepertinya kelihatan kaget dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. T - coba dilihat-pegang kertas - kertas tersebut-perhatikan seperti apa bentuknya di tanganmu guru memegang beberapa kertas di tangan kanannya dan secara perlahan menggerakkannya naik-turun. T - seperti apa kelihatannya? Guru memegang kertas lagi di tangan kirinya dan menggerakkannya sehingga gerakannya bersamaan dengan kertas di tangan yang kanan, lalu menggerakkannya secara bergantian. Carrie menirukan gerakan tersebut, Robert dan Gillie memperhatikan dan menggerakkannya dengan tangan mereka. Secara perlahan Carrie T - lembut bukan? Bagaimana kamu menggambarkan kertas-kertas tersebut Robert? Semuanya memegang kertas masing-masing sambil menatap Robert. Robert terpana T - lihat lagi-bagaimana kamu menggambarkan kertas tersebut? 10;23 Robert memindahkan kertas tersebut dari tangan kananya ke tangan kirinya Robert meletakkannya di tangga Robert memegang selembar kertas dengan tangan kirinya T - letakkan di tangga tetapi>apayeah< Robert melihat sesuatu di belakangnya T - Robert-kertasnya Guru berdiri di dekat robert. Dia memperhatikannya. Guru masih memegang selembar kertas yang diletakkannya di depan lututnya. Carrie menyeimbangkan permukaan kertasnya. Gillie menggaruk telinganya. T - bagaimana menurutmu dengan kertas ini-apakah ini tissue-kertas-apakah ini jenis kertas yang kamu pakai untuk menggambar? Carrie=ya= Carrie menggangguk sewaktu menjawab ya T - bagaimana rasanya? Kertas yang kamu pakai untuk menggambar carrie Meskipun kata-kata tersebut menyiratkan bahwa pertanyaannya masih dilakukan, bahasa tubuh yang disampaikan menunjukkan respon atas pertanyaan-pertanyaan tersebut;jalan alternatifnya adalah dengan melakukan gerakan pantomim seperti menggerak-gerakkan kertas. Carrie secara tiba-tiba menunjuk dirinya sebagai model pembelajaran guru. Carrie juga memberikan respon yang pertama. Respon seperti inilah yang diharapkan, meskipun terjadi pengulangan pertanyaan ke Robert untuk menunjukkan bahwa jawabannya salah, tapi respon seperti itu tidak diharapkan. Guru memerintahkan Robert untuk membuat sesuatu-contohnya mengobservasi-tetapi dari nada suara dan perintah yang diberikannya kepada Robert tak membantu Robert sama sekali untuk memahami apa yang disampaikan-ini merupakan salah satu contoh penanganan kelas-lebih tepatnya kelakuan kelas. Robert tahu apa yang terjadi dengan melihat kelompok lain dan ingin terlibat di dalamnya! Sekali lagi pengulangan dari pernyataannya menunjukkan bahwa respon yang diberikan tidaklah salah, tetapi guru masih mencari-cari. Dengan menamai Robert, guru mencoba menarik perhatian dan memberikannya soal lagi. Ini merupakan langkah pertama yang dilakukannya dari kesempatan-kesempatan yang ada. Sampai sekarang terlihat bahwa sebenarnya guru telah memiliki jawaban sendiri-dimana kertas yang dipunya berukuran, berbentuk dan mempunyai berat yang sama-jawaban yang diharapkannya dari petunjuk yang dilakukannya.bagaimnapun juga, bentuk pertanyaan seperti ini (Barnes 1976) tidak menggambarkan sama sekali. Guru kemudian mengganti cara bertanya dengan memberikan pilihan pertanyaan., dengan harapan melalui cara ini lebih dapat tercapai tujuannya. Guru kemudian memakai pola reformulator (French dan Maclure,1983), yang biasa dipakai dalam penilaian kelas dan pengajaran bahasa. T - ini adalah kertas yang kamu pakai untuk menggambar kan? Guru melihat ke Carrie. Robert dan Gillie masih memandangi gurunya sambil memegang kertas masing-masing. Guru melihat ke gillie. T - bisakah kamu katakan kertas apa ini gillie? Gillie-mmmm T - kertas apakah ini? Dapatkah kamu sebutkan apapun tentang kertas ini ? Guru sekarang menggerakkan lagi kertas tersebut T - seperti apa? Guru memandang Carrie sambil masih melambaikan kertas tersebut naik-turun T - kamu kira keduanya-apa yang mereka rasakan? Secara perlahan Carrie menggangguk-angguk. Robert meletakkan kertasnya. T - apakah masih lembut? Guru melihat ke Gillie. Guru terlihat seperti akan melemparkan kertas, tetapi ternyata hanya melambaikannya naik-turun secara bersamaan. T - bagaimana jika-adakah yang bisa kamu sampaikan ke saya-mengenai kertas ini selain bahwa permukaannya lembut? Guru kemudian melihat ke robert yang telah memegang kertasnya kembali. Gillie-errm Robert-saya tahu T - apa itu? Carrie bersemangat Carrie menekan kertasnya naik dan turun T - ini melambung Robert-melambung (terganggu oleh anak yang lain) 10:24 T - sekarang-coba lihat kertas ini dan lihat yang satunya lagi Guru melakukan gerakan alternatif lainnya. Carrie meletakkan kertasnya dan mengambil kembali. Pada tahap ini, jawaban yang didapat tak seperti yang diharapkan guru. Guru sekarang keliatannya lebih tertarik membuat Gillie mengatakan sesuatu. Gillie kelihatannya tidak tertarik untuk menanggapi. Guru telah mengenalkan kata keduanya. Pertama kali dia menunjukkan bahwa kemungkinan ada perbandingan di antaranya. Sayangnya, tak ada siswa yang menanggapi. Kata masih mengindikasikan bahwa tak ada jawaban yang benar. Apakah dia menyarankan kata ringan, melayang? Meyakinkan bahwa kata lembut tidak tepat. Saat Robert bilang bahwa dia tahu jawabannya, Carrie terlebih dahulu menjawabnya. Apakah ini menunjukkan peran Carrie? Bagaimanapun juga, guru mencoba untuk memimpin siswa untuk mengikuti perintahnya dengan memakai pertanyaan-pertanyaan (Barnes1976), Perannya sebagai seorang pembimbing menunjukkan kesetiaannya sebagai contoh. Robert menirukan gerakan guru T - sekarang tutup mata kalian dan pegang kertasnya dengan tangan yang sama Ketiga siswa tersebut memegang kertasnya dengan dua tangan mereka T - kedua tangan-kanan-seperti itu pegang kertasnya-tutup mata kalian R memutar-mutar kertasnya Robert - tunggu sebentar Robert memindahkan kertasnya sehingga dia memegang kertas di setiap tangannya. Para siswa tertawa dan guru hanya tersenyum. T - betul-tutup mata kalian-apa yang bisa kalian sampaikan mengenai berat kertasnya?apakah terasa? Carrie menjatuhkan selembar kertasnya.dia mengambilnya dan memegangnya dengan kedua tangannya.guru melakukan gerakan tersebut berulang-ulang. T - apakah keduanya terasa berat? Guru menggerakknya melalui pundaknya sekarang T - apakah yang satu berbeda dari yang lain-ataukah sama? Carrie - keduanya sama Carrie melihat ke guru dan menekan kertasnya kembali T - menurutmu keduanya sama? Carrie menggangguk Robert-yeah T - bagaimana kita tahu kalau beratnya sama? Apa yang kita lakukan untuk mengetahui kalau beratnya sama? Selembar kertas jatuh ke lantai Robert - bu, kertasnya jatuh Robert menunjuk kertas tersebut T - saya tahu saya telah menjatuhkan selembar kertas Carrie menundukkan badannya untuk mengambil kertas tersebut. Guru menyilangkan kakinya untuk mengambil kertas tersebut T - baiklah, terima kasih Carrie Carrie - kertasnya T - tanpa menyentuhnya-bagaimana kita tahu kalau keduanya sama-apa yang kamu lakukan Robert dan gillie bersamaan melihat ke sekeliling guru, carrie melihat guru t-jika ini dua kantung gula,bagaimana kita tahu kalau beratnya sama? 10:25 Robert dan Gillie melihat guru kembali. Guru memandangi Carrie Carrie - berat T - maaf? Carrie-berat T - berat Carrie menganggukkan kepalanya. Dua anak lainnya melihat kertas mereka. T - apakah berat? Bagaimana kamu melakukannya-bagaimana ibumu melakukannya saat dia memasak? Guru masih memegang kertas tersebut dengan sebelah tangan dan masih memandangi Carrie. T - apa yang dipakai ibumu untuk mengetahui bahwa beratnya sama? T - pernahkah ibumu memakainya? Carrie mengangguk. Robert, yang menekan kertasnya ke udara dan menggapainya, menjatuhkan kertasnya.dia memutar badannya dan mengambil kertas tersebut. T - carrie, apa yang dipakai ibumu saat memasak untuk mengetahui berat benda? wortel Carrie melambaikan kertasnya turun-naik T - dia memakai wortel kan? Tetapi apa yang dia dapatkan dari wortelnya? Robert kembali memainkan kertasnya ke udara. Carrie dan Gillie memperhatikan yang dilakukan guru. T - ketika ibumu membuat kue,apa yang dilakukannya untuk mengetahui bahwa beratnya sama? Kertas di tangan kanan guru terlepas.guru mengambilnya. Robert memperhatikannya. T - apa yang dia pakai-apa yang dipakai ibumu-ketika kamu memasak dan ingin mengetahui apakah beratnya sama, apa yang kamu pakai untuk menimbang tepungnya? Guru melihat ke Gillie 10:26 T-apa yang dipakai gillie? Carrie - tepung Guru melihat Carrie Robert - saya tahu Sambil mengangkat tangannya, guru, Gillie dan Carrie memperhatikannya.carrie memukul kertasnya dengan tangan kanannya. T - kalian sebut apa-disebut apa ? Robert meletakkan tangan kirinya ke kepala dan tangan kanannya ke mulutnya T - kita letakkan tepungnya di panci Guru membuat gerakkan menaburkan dengan tangan kanannya diikuti gerakan memutar. Robert mengangkat tangan kirinya tapi lalu menjatuhkannya kembali. T - panci putih yang istimewa dan kemudian kita letakkan lagi sesuatu-apa namanya Robert mengangkat tangan Robert - saya tahu = sebuah pot Guru menggelengkan kepalanya dan berjalan menghampiri Robert. Carrie dan Gillie memperhatikannya. T – bukan - apa yang kita pakai untuk menempatkan tepung sebelum ditempatkan di mangkuk Carrie memutar kepalanya menghadap gurunya Carrie... Guru masih berdiri,sekarang menghadap Carrie. Dua siswa yang lainnya memperhatikannya. T - jadi-sekarang kita tahu yang kita punya T- tepung yang cukup-untuk dipakai-apa yang kita pakai-apa yang kita gunakan untuk menimbang-disebut apa pada saat kita menimbang - sepasang... Carrie... T - tolong ulangi-sepasang perekat Gillie-sepasang Carrie... T - ya betul,timbangan Guru menganggukkan kepala dan berjalan kembali T - sepang timbangan-kita dapat memakai beberapa timbangan Guru meletakkan selembar kertas dan meletakkan kertas yang lain di atasnya T - sekarang saya akan lanjutkan dengan memakai kata saya tahu, yang diucapkan dengan nada tinggi, mengindikasikan ketidak yakinan. Empat petunjuk ini agak membingungkan - yang pertama menyarankan kata benda, yang kedua kata keterangan, yang ketiga kata benda, dan yang keempat kata kerja. Permainan menebak kata hanya berlangsung selama dua menit. Apakah guru benar-benar menyampaikannya atau tidak? Apakah menjadi masalah? Berusaha keras hanya untuk mendapatkan kata timbangan. Guru sekarang lebih mengacu pada keseimbangan. Kami hanya mengikutkan bagian pembuka dari sesi grup kecil tersebut (Avis bekerja sama dengan tiga siswa tersebut hanya selama 23 menit). Setelah kegiatannya berkembang, Avis merubah polanya dan menjadi sedikit berambisi. Dapat dikatakan bahwa ia puas dengan hasil dan pelajaran yang didapatnya. Saya terkejut bahwa kami mendapat banyak dari apa yang kami perbuat...Carrie sudah bisa memakai timbangan sekarang...untuk kelompok tersebut bagian yang penting adalah pembahasan mengenai timbangan. Benar-benar merupakan hasil yang tak terduga. Ketika saya sadar bahwa mereka tak begitu paham tentang timbangan, saya merubah pola mengajar saya dan lebih berkonsentrasi pada timbangan...saya mengenalkan istilah tersebut Carrie tidak tahu mengenai berat dan ringan jadi saya mengenalkannya pada kata timbangan...saya bermaksud menunjukkannya pada Carrie. Saya merasa kepercayaan dirinya agak kurang tetapi menyenangkan sekali mendapati dia mau berbicara dalam kelompok dan berhasil. Karena Carrie sepertinya cepat bosan. Saya akan memantaunya terus minggu depan, meskipun ini tak terencana tetapi sudah merupakan tugas saya....hal ini memberikan banyak masukan kepada saya dimana keseimbangan dibutuhkan dalam pengukuran matematika. Lalu Avis juga memodifikasi pernyataannya bahwa apa yang dia nilai sesuai dengan latihan yang dilakukan siswa. Sehingga dapat dibilang bahwa ia telah berhasil dalam melakukan penilaian kelas. Dalam interaksi yang susah yang melibatkan banyak faktor, Avis menetapkan bahwa siswa-siswa ini tak memahami prinsip-prinsip dasarnya dan tak bisa meresponnya meskipun telah diberi berbagai petunjuk. Berdasarkan informasi inilah, dia merubah pola mengajarnya sehingga berhasil menganalisa permasalahan yang terjadi untuk tugas berikutnya. Dia juga merasa bahwa ia mampu melakukan intervensi yang penting, dengan berbagai dampak potensial yang mengacu pada motivasi per siswa. Dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil mengumpulkan data penilaian yang penting.dan mengulangi penilaian tersebut selama 23 menit tanpa adanya gangguan; dalam arti kesukaran di dalam kelas dan kesulitan guru dalam mengekspresikan dirinya ketika melakukan diskusi dalam kelompok besar maupun kecil, penilaian ini dapat memberikan sesuatu yang signifikan dalam penanganan waktu. Juga, latihan-latihan yang diberikan telah diulangi beberapa kali secara keseluruhan.hasilnya, hanya terlihat seperti guru tahu apa yang menjadi permasalahan utamanya. Apakah ada nilainya pada waktu Avis memberikan latihan di kelasnya pada siswa umur 6-7 tahun? Perbedaan merupakan kunci utama pada setiap penilaian seperti yang tercantum pada perencanaan kurikulum. Yang megejutkan, terdapatnya sebuah ironi yang merupakan tujuan pokok dari penilaian formatif yang seharusnya sesuai antara tugas siswa dengan usia mereka, jadi mereka tak konsisten dengan materi yang mereka berikan selama pengajaran; tetapi di sini penilaian merupakan alat yang paling tepat untuk mengetahui kemampuan siswa. Edwards dan Mercer (1987) mengidentifikasi fenomena mengajar di sekolah dasar, antara lain : 1. Buatlah suatu kondisi yang bisa dipercaya untuk membiarkan siswa mengenali apa yang ada pada mereka sendiri 2. Rencanakan pengajaran yang mencakup pengajaran secara langsung, pengalaman yang nyata, yang memungkinkan mereka untuk berperan, jadi tak hanya mendengarkan, membaca atau menulis 3. Tempatkan siswa pada porsi yang lebih luas, lakukan kegiatan di luar kelas/sekolah ketika menjelaskan topik yang sesuai dengan kurikulumnya 4. Dengan memakai teknik permainan menebak sesi tanya-jawab...untuk mendapatkan ide dari siswa dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi 5. Jagan pernah menjelaskan secara detail kegiatan apa yang akan dilakukan di hari itu. Meskipun kebanyakan kurikulum melakukan seperti itu, dimana guru lebih banyak memimpin kelas dibandingkan siswa ternyata hak itu membuat siswa tak puas dalam kenyataannya 6. Jangan memberi penjelasan yang terlalu luas, kriteria pembelajaran yang berhasil adalah bila siswa dapat menerapkan apa yang mereka dapatkan (Edwards dan Mercer 1987;33-4) Strategi-strategi diatas sepertinya berasal dari ideologi pengajaran yang telah diidentifikasi oleh Edwards dan Mercer dengan plowden report dan psikolog Piagetian. Kritik mereka yang terkenal dengan nama pusat-anak yang mendekatkan pada pendidikan, sesuai dengan orang lain yang berbeda pandangan (contohnya Sharp dan Green 1975, Walkerdine 1978, Bennett 1984). Bagaimanapun juga, sejak pembelajaran dan lainnya telah memiliki tempatnya hal tersebut telah merubah sistem pembelajaran sekolah dasar, yang memperkenalkan kurikulum nasional dengan pandangan yang tinggi. Yang menarik adalah meskipun telah dikenalkan kurikulum tersebut, keenam fenomena Edwards dan Mercer terlihat jelas pada percakapan di atas dan kemungkinan tergabung oleh kurangnya kepercayaan diri-yang dirasakan Avis ketika mengajar IPA. Kejadiannya terjadi akibat dari cara bermain dalam permainan menebak saat pertama kali berjalan. Sepertinya aspirasi guru pada saat itu terdapat pada sesi dimana para siswa akan membuat perlengkapan yang berbeda dari lembaran-lembaran kertas, yang mencakup bahwa sebenarnya apa yang akan mereka buat adalah sama. Dari kejadian itulah akhirnya guru membuat fair-tes. Tapi jika ia ingin menetapkan apakah lembaran-lembaran kertas itu sama, dan dalam hal apa mereka sama, tentunya pertanyaan yang tepat adalah, apakah kedua kertas ini sama? Dan atau bagaimana caranya memutuskan apakah kedua kertas ini sama atau tidak? Bagaimanapun juga, permainan menebak kata yang ia pakai sedikitnya telah membuat kesulitan siswa untuk paham apa yang berlangsung saat itu. Terlihat tampaknya Robert tak konsentrasi. Dia hanya ingin menjatuhkan kertas seperti yang dilakukan siswa lain. Gillian sepertinya tak terlalu nyaman dengan dirinya sehingga ia menunggu sampai dirinya merasa aman. Carrie berlaku seperti layaknya siswa yang ideal dan mencoba untuk menerka apa yang diinginkan oleh si guru, tetapi bingung dengan strategi gurunya. Kombinasi dari pertanyaan pembuka dan penutup membingungkan, biarpun untuk Carrie, kemungkinan disebabkan karena penyampaiannya yang tersirat.kelompok tunggal yang berbakat ini sebenarnya terdiri atas siswa dengan kemampuan pemahaman yang berbeda. Edwards dan wesgate (1987) mencatat bahwa menjadi siswa merupakan masalah dalam menguasai kode interaksi, aturan yang seharusnya dimainkan oleh guru. Seperti yang dikatakan oleh Edwards dan Furlong : pendalaman pengetahuan umum merupakan hubungan yang seharusnya antara guru dan murid, karena tanpa ini, penetapan kemampuan prosedural latihan akan susah dan proses interaksi tak bisa dimulai (Edward dan Furlong 1978:148). Robert dan Gillie sepertinya mengalami kemajuan yang kecil dari proses tersebut. Seiring berkembangnya sesi tersebut jelas sekali terlihat bahwa Gillie dan Robert tak terlibat di dalamnya. Ketika mereka berbicara, Avis kadang hanya melihat gerakannya saja, sedangkan Carrie berbicara jika perlu dan Avis membiarkannya terjadi. Berdasarkan penilaian guru, konsentrasi Carrie menunjukkan kurangnya mencari informasi tentang pemahamannya. Ironisnya, jauh dari proses komunikasi secara langsung- isi materi pelajaran-yang merupakan konsekuensi dari pemakaian ketentuan dasar pengetahuan IPA dan pemahamannya akan proses kelas (Edwards dan Mercer 1987). Para siswa harus berjuang sendiri untuk memahami proses yang diberikan guru. Dalam proses tanya-jawab, Avis menggambarkan ketiganya sebagai siswa yang tak dewasa, tetapi mungkin disebabkan mereka tak dapat menggambarkan tugas yang telah dibuat,karena mereka tak paham maksud guru. Hal ini terjadi karena Avis hanya menilai dari isyarat dan bahasa tubuh mereka. Hasilnya adalah tak adanya pemahaman dari tiap-tiap siswa tersebut. Saat mencoba memahami perilaku yang membingungkan dari gurunya, para siswa ini mencoba untuk memperhatikan pelajaran yang diberikan walaupun hanya sedikit. Perilaku ini seperti kesimpulan Wiles (1983), yang menemukan bahwa para siswa tersebut lebih memperhatikan ritualnya daripada isinya. Bagaimanapun juga permainan menebak kata tak sesuai untuk mereka, dan guru tak seharusnya mengenalkan hal tersebut dulu. Meski dari interaksi yang terjadi terlihat bahwa pada sesi pembuka kelihatan berbeda yang mungkin menentukan ketak efektifannya; hal inilah yang boleh dilakukan untuk mengajarkan siswa secara langsung-mengenalkan secara langsung hubungannya antara kata beratnya, berat, ringan, agak berat, dan agak ringan.yang bisa diperagakan dengan memakai timbangan, dan siswa diminta untuk memperagakanya dengan memakai timbangan untuk memahami materi yang disampaikan. Dengan cara ini, mereka tak hanya belajar sesuatu, tetapi juga mengobservasi dan bertanya di tahap berikutnya sehingga akhirnya bisa mengeluarkan ide baru dari mereka sendiri. Penerapan pendekatan apapun haruslah sesuai dengan pembelajaran penilaian dalam nasional kurikulum, dimana guru harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu sebelum menyampaikannya ke siswa. Untuk saat ini kita dapat melihat bahwa permainan menebak kata yang dilakukan Avis bisa menjadi referensi sebagai pengalaman belajar siswa di rumah. Edwards dan Mercer (1987;33) mengidentifikasi ini sebagai pola pengamatan umum, sementara dalam penelitian Edwards dan Furlong sebelumnya mencatat bahwa guru harus menunda pemberian materi yang mereka punya terbih dahulu, setidak nya hanya sementara sampai dapat menghasilkan makna baru dari referensi yang dibuat. Dan seperti yang dikatakan Bourdieu, dengan memberikan secara terbuka apa yang tersirat, sistem pendidikan mengaharapkan semua menyukai apa yang mereka tak punya. Seperti contohnya ilmu kebahasaan, kemampuan berbudaya, yang memungkinkan keberhasilan kemampuan kelas sosial dalam berinteraksi. Saat ini, kunci dari pengulangannya adalah penilaian kelas akan lengkap dengan adanya proses interaksi antara guru-murid dengan melalui bahasa pengajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar